Beralas Kaki, Penjaga Pintu Air Itu Terima Kalpataru
Selasa, 07 Juni 2011 – 23:52 WIB
Soleman tidak pernah membayangkan, bakal bisa menginjak Istana Negara dan bertemu langsung dengan orang nomor satu di negeri ini. Sebuah penghargaan Kalpataru bidang pengabdi lingkungan yang berbentuk piala, terlihat dipegangnya erat-erat. Itulah alasan laki-laki menuju renta itu hadir di Istana. Soleman mendapatkan pengakuan dari negara, atas pengabdiannya.
Warga asli dari Desa Tema Tana, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur ini telah mengabdikan diri selama 40 tahun sebagai penjaga pintu air di daerahnya. Terdiri dari 240 pintu air primer, 140 sekunder dan 160 pintu air tersier.
"Dulu saya mulai bekerja sejak zaman Pak Harto tahun 1980-an. Awalnya tanpa dibayar, lalu setelah beberapa bulan, baru dibayar Rp500 per bulan," kata Soleman mengenang masa-masa awal profesi yang ditekuninya.
Menjadi penjaga pintu air, kata Soleman membutuhkan perjuangan sendiri. Karena saat itu, jarang bahkan nyaris tidak ada yang mau bekerja sebagai penjaga pintu air. Karena itu pula, Soleman harus rela menjaga puluhan bahkan ratusan pintu air sendirian. Kadang antara satu pintu air ke pintu air berikutnya, dilakukan dengan berjalan kaki menembus beberapa hutan dan kampung.
Usianya tak lagi muda, sudah lebih dari setengah abad. Namun suaranya masih tegas dan terus menebarkan senyum ramah. Dengan menggunakan baju tradisional
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor