Berontak dari Tradisi, Sekolah hingga Luar Negeri

Setiap hari anak-anak Bajo berlatih menyelam di depan rumah mereka. Sebuah kayu besar sengaja dipasang di dasar laut sebagai tempat berpegangan.
Warga Bajo mengandalkan hidup sebagai nelayan. Mereka memiliki kearifan lokal, yakni memilih ikan yang usianya sudah matang untuk dikonsumsi.
Mereka tidak mau menangkap ikan yang masih kecil. Mereka tahu persis musim bertelur masing-masing jenis ikan sehingga ikan yang bertelur tidak akan diambil.
Untuk mencari ikan, warga Bajo membawa sampan ke tengah laut, kemudian menyelam tanpa alat bantu pernapasan. Mereka hanya mengenakan kacamata yang frame-nya terbuat dari kayu. Ikan-ikan ditangkap dengan bantuan alat sejenis panah.
Di Wakatobi, suku Bajo juga menjaga segi tiga karang dunia yang sangat terkenal sebagai surga para diver. ’’Kami punya moto di lao denakangku (Lautan adalah saudaraku),’’ tegas Manan.
Perkampungan Bajo di Wakatobi tersebar di lima lokasi. Yakni, Mola, Pulau Wangi-Wangi; Mantigola dan Lohia di Pulau Kaledupa; Lamanggu di Pulau Tomia; dan Sama Bahari di Sampela.
Wakatobi merupakan kependekan empat pulau besar di sana, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Dengan datang langsung ke Wakatobi, eksotisme suku Bajo terlihat lebih indah dari yang digambarkan film The Mirror Never Lies yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian. (*/c5/ari)
SUKU Bajo kini tersebar di 21 provinsi di Indonesia. Jumlahnya puluhan ribu orang. Menariknya, pemimpin suku yang rumahnya di atas laut itu adalah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu