Besarkan Anak Difabel di Australia, Orang Tua Asal Indonesia Saling Membantu Lewat Grup WhatsApp

"Di sini lebih accepting. Jadi orang enggak melihat Nathan seperti makhluk aneh," ujarnya.
"Di sekolah ia juga diperlakukan seperti anak-anak pada umumnya. Dalam artian, kalau misalnya ada topik [tertentu, misalnya] voting, ia akan ditanya dan Nathan senang banget membahas topik seperti ini."
Menurutnya, dukungan keuangan dan kesehatan yang ditanggung pemerintah Australia juga memudahkan Nathan untuk berkomunikasi.
Perangkat bernama 'EyeGaze' yang dipasang di kursi roda Nathan membantunya menyuarakan apa yang ia ingin sampaikan.
Lawan stigma dengan mengedukasi
Sama halnya dengan Kathy, Santi juga tidak terlepas dari stigma sebagai orangtua anak berkebutuhan khusus.
Dari pengalamannya, ia sudah belajar cara untuk menanggapi orang-orang yang memberikan tatapan tidak menyenangkan kepada anaknya.
"Tapi saya memutuskan untuk mengedukasi mereka. Saya ajak mereka berkenalan dan mulai menjelaskan bahwa Nathan memang berkebutuhan khusus, tapi sama seperti orang lain," ujarnya.
"Jadi daripada kita kesal ... saya pikir dengan cara begitu orang jadi mulai paham."
Sejumlah orang tua asal Indonesia mengaku jika membesarkan anak-anak mereka di Australia tidaklah mudah karena perbedaan budaya
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Mark Zuckerberg Mengumumkan Pencapaian Jumlah Pengguna WhatsApp
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas