BI Jaga Rupiah

BI Jaga Rupiah
BI Jaga Rupiah

Menurut Chatib, tekanan pada rupiah masih kuat seiring rilis data pemerintah AS yang menyebut angka pengangguran lebih rendah dari perkiraan. Ini memberi sinyal pemulihan ekonomi di AS makin baik dan itu berarti kemungkinan tapering off oleh The Fed menjadi kian nyata. 'Selain itu, dari sisi internal, rupiah juga tertekan karena kebutuhan valas untuk pembayaran utang sangat tinggi, sampai USD 6,3 miliar,' katanya.

Dalam kondisi seperti ini, BI memang dinilai perlu memberi sinyal ke pelaku pasar bahwa bank sentral tidak akan tinggal diam melihat depresiasi rupiah. Ini penting agar pelaku pasar tidak makin getol berburu dolar AS (USD) dan melepas aset dalam denominasi rupiah.

Ekonom DBS Group Holding Ltd Gundy Cahyadi dalam keterangan resminya menyatakan, sebenarnya arus modal ke Indonesia saat ini cukup bagus. Dia menyebut, sejak Agustus lalu, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) naik USD 3 miliar, jauh melebihi dana asing yang keluar dari pasar saham yang besarnya sekitar USD 600 juta. 'Masalahnya saat ini pasar ragu apakah pemerintah bisa memperbaiki defisit transaksi berjalan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi,' ucapnya.

Saat ini, pasar masih menunggu data fundamental seperti realisasi ekspor impor yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan depan. 'Sampai ada berita bagus dari neraca dagang, sentimen pasar pada rupiah masih akan suram,' jelasnya. (owi/gal)


JAKARTA - Pelemahan tajam rupiah dalam beberapa hari terakhir mulai memantik kekhawatiran banyak pihak. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News