BI Pede Indonesia Tahan Krisis Global
Rabu, 14 September 2011 – 06:26 WIB
Rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perbankan cukup tahan jika terjadi kondisi gagal bayar atau default di Amerika dan Eropa. Per Juli 2011, data BI memperlihatkan CAR industri perbankan nasional sebesar 17,2 persen. Kinerja industri perbankan yang masih dalam kondisi bagus juga mendukung optimisme BI. "Jika terjadi 100 persen default, total eksposur luar negeri CAR perbankan turun sedikit tapi tetap di atas 16 persen," katanya.
Baca Juga:
Mayoritas eksposur luar negeri perbankan adalah pada negara-negara di Eropa, AS, Singapura, dan Tiongkok. Perbankan Indonesia memiliki eksposur langsung yang lebih besar untuk portofolio dalam negeri, yakni sebesar Rp 638,3 triliun.
Sementara itu, Peneliti Senior CSIS Haryo Aswicahyono mewanti-wanti supaya pemerintah cermat terhadap krisis global saat ini. CSIS memandang krisis bisa terjadi kapanpun. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini berbanding terbalik terhadap apa yang terjadi di Asia. Beberapa negara di Asia, salah satunya Indonesia masuk dalam negara yang pertumbuhan ekonominya cukup tinggi.
Namun, hal tersebut merupakan ketidakseimbangan global yang justru membahayakan negara dengan pertumbuhan positif. "Ketika ketidakseimbangan ini tidak bisa dikendalikan di mana menjadi gap besar. Ini memicu krisis," jelasnya.
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) masih meyakini industri perbankan di Tanah Air aman dan kuat menghadapi imbas krisis yang tengah melanda Amerika dan
BERITA TERKAIT
- Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan I 2024: Ekspansi Masih Melambat, tetapi Tetap Prospektif
- HINT Ciptakan Parfum Aroma Futuristik lewat Teknologi AI
- RUPST Tahun Buku 2023: Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun
- Jepang Tertarik Belajar dari Indonesia Soal Pengembangan Start-Up E-Commerce
- Pembekalan Teknologi Digital untuk Nasabah PNM Terus Digeber
- Salip Mobile Banking Lain, BRImo dan Sabrina dari BRI Sabet Penghargaan