BI Rate Bisa Tetap

BI Rate Bisa Tetap
BI Rate Bisa Tetap

jpnn.com - JAKARTA - Kebijakan pengetatan moneter sepanjang akhir 2013 lalu mulai menampakkan hasil positif. Beberapa indikator ekonomi makro seperti inflasi dinilai telah terkendali. Karena itu, beberapa ekonom menganggap kondisi ini sebijaknya mampu menahan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada awal tahun 2014.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) (persero) Tbk Ryan Kiryanto mengungkapkan di sisi domestik, pola inflasi tahun lalu yang banyak dipengaruhi oleh kenaikan BBM, saat ini sudah kembali normal. Ia juga menjelaskan, inflasi tak akan banyak bergerak kendati Pertamina akhirnya menaikkan harga jual elpiji Rp 1.000 per kilonya.

Sementara dari sentimen eksternal, menurutnya, wacana pengurangan stimulus moneter Bank Sentral AS tidak memberikan efek negatif, lantaran telah diukur oleh pasar sejak tahun lalu. "BI rate tetap 7,5 persen, karena ekspektasi inflasi ke depannya cenderung melandai," ungkapnya kepada koran ini, kemarin (8/1).

Sebelumnya di kantor Presiden, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberi sinyal bahwa BI rate akan dipertahankan di level 7,5 persen, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan digelar hari ini (9/1).

Menurut Agus, pertumbuhan inflasi pada Desember sebesar 0,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm), dianggap lebih rendah daripada rata-rata selama lima tahun terakhir yakni 0,67 persen.

Apalagi, indikator ekonomi makro seperti keseimbangan neraca perdagangan sepanjang dua bulan terakhir sudah kembali surplus. Yang artinya, neraca pembayaran diharapkan juga akan mengikuti surplus. Sementara defisit transaksi berjalan makin menyempit.

"BI sendiri apabila akan melakukan perubahan policy tentang tingkat bunga, umumnya selalu melakukan bauran kebijakan. Termasuk kebijakan makroprudensial. Tingkat bunga akan tergantung perkembangan kondisi," ungkapnya.
       
Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk A. Prasetyantoko juga memproyeksikan bank sentral mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Sebab, menurutnya, gejolak pasar seperti nilai tukar dan pasar modal mulai bisa dikendalikan.
       
"BI rate bisa bertahan di level 7,5 persen, bahkan semester dua sudah tahun ini mulai bisa diturunkan," ujarnya. Prasetyantoko mengatakan, kenaikan harga LPG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kenaikan inflasi. Sebab, kenaikan harga LPG non subsidi 12 kg terbilang terpantau dan pasokan LPG subsidi 3 kilogram dijamin keberadaannya."
       
Menurut Prasetyantoko, kenaikan laju inflasi di Indonesia lebih dikarenakan faktor harga pangan dan ketersediaan pangan. Sedangkan dampak pelemahan rupiah yang belakangan terus terjadi tidak signifikan pengaruhnya terhadap inflasi impor. (gal/ken)

 


JAKARTA - Kebijakan pengetatan moneter sepanjang akhir 2013 lalu mulai menampakkan hasil positif. Beberapa indikator ekonomi makro seperti inflasi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News