BI Terapkan GWM Averaging, Bank Lebih Fleksibel Kelola Likuiditas
jpnn.com - JAKARTA – Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga likuiditas dalam negeri dengan mengubah aturan tentang giro wajib minimum (GWM).
Nantinya persentase simpanan wajib bank umum di Bank Indonesia tersebut tidak lagi ditentukan secara harian, melainkan dalam periode tertentu.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menyatakan, sistem GWM averaging hanya mewajibkan bank memelihara rata-rata kecukupan GWM dalam periode yang ditentukan.
Dengan bank lebih leluasa mengatur likuiditas, BI berharap transaksi antarbank semakin aktif, gejolak suku bunga bisa lebih terkendali, dan transmisi kebijakan moneter menjadi lebih kuat.
’’Pengelolaan likuiditas yang lebih fleksibel dapat membantu bank menyerap temporary liquidity shock sehingga tidak menimbulkan fluktuasi suku bunga yang berlebihan,’’ tuturnya.
Ketika dana masyarakat yang disimpan di bank berlebihan, bank bisa menyetor GWM melebihi batas GWM primer.
Begitu juga sebaliknya. Kondisi tersebut berbeda dengan aturan saat ini yang mewajibkan bank mengelola GWM secara harian.
BI juga berencana memperkuat peran surat berharga negara (SBN) sebagai instrumen moneter.
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga likuiditas dalam negeri dengan mengubah aturan tentang giro wajib minimum (GWM). Nantinya persentase
- Fokus Bina UMKM, PNM Hadir di 57th APEC SMEWG
- Triwulan I 2024, Bank Raya Salurkan Kredit Digital Capai Rp 4 Triliun
- Kolaborasi JFX dan DCFX dalam Literasi Investasi di Pasar Emas dan Olein
- Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2, Ini yang Dilakukan PIS
- Bank Raya Bukukan Pertumbuhan Laba Double Digit di Triwulan I/2024
- BRI Ungkap 3 Fakta soal Video Viral Kasus Uang Raib Rp 400 Juta