Biden Akhirnya Teken Sanksi untuk Rezim Militer Myanmar, Rasain!

Biden Akhirnya Teken Sanksi untuk Rezim Militer Myanmar, Rasain!
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani 15 kebijakan baru pada hari pertamanya berkantor di Ruang Oval Gedung Putih, Selasa (20/1). Foto: Reuters

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Washington sedang meluncurkan tindakan kolektif dengan mitra di Myanmar.

"Kami sendiri dapat membebankan biaya yang substansial. Kami dapat mengenakan biaya yang bahkan lebih curam dengan bekerja sama dengan mitra dan sekutu yang berpikiran sama," katanya dalam sebuah pengarahan.

Negara-negara Barat telah mengutuk kudeta tersebut, tetapi para analis mengatakan junta baru Myanmar tidak akan terisolasi seperti sebelumnya, karena China, India, tetangga Asia Tenggara dan Jepang tidak mungkin memutuskan hubungan karena kepentingan strategis negara itu.

Derek Mitchell, mantan duta besar AS untuk Myanmar, mengatakan sangat penting untuk melibatkan negara-negara seperti Jepang, India, dan Singapura dalam memberikan tanggapan yang kuat.

"Kuncinya bukan hanya apa yang dilakukan Amerika," katanya. "Ini akan menjadi bagaimana kami mengajak orang lain bersama kami, sekutu yang mungkin memiliki lebih banyak kekuatan dalam permainan, lebih maksimal, atau setidaknya hubungan yang lebih baik dengan para pemain kunci."

Badan hak asasi manusia tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mempertimbangkan resolusi pada hari Jumat yang dirancang oleh Inggris dan Uni Eropa yang mengutuk kudeta dan menuntut akses segera bagi pengawas.

Namun, para diplomat mengatakan China dan Rusia - yang keduanya memiliki hubungan dengan angkatan bersenjata Myanmar - diperkirakan akan mengajukan keberatan atau mencoba melemahkan teks tersebut.

Dewan Keamanan PBB merilis pernyataan pekan lalu yang menyerukan pembebasan Suu Kyi tetapi tidak mengutuk kudeta tersebut. (ant/dil/jpnn)

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menyetujui perintah eksekutif untuk sanksi baru terhadap rezim militer Myanmar


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News