Bikin Tempe pun Pakai Kedelai Impor, sampai Kapan?

Bikin Tempe pun Pakai Kedelai Impor, sampai Kapan?
Kenaikan harga kedelai membuat omzet penjualan turun drastis. Foto: Sugeng Dwi Nurcahyo/Radar Pacitan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pasokan kedelai Indonesia masih sangat tergantung impor. Bahkan untuk membuat produk makanan tradisional seperti tempe, kedelainya produk impor. Tahun depan diagendankan mulai digeber Proyek Tempe yang bertujuan mengurangi impor kedelai untuk tempe dan olahan lainnya.

Organisasi asing yang terlibat dalam Proyek Tempe itu adalah Badan Atom Dunia (International Atomic Energy Agency/IAEA), Food and Agriculture Organization (FAO), serta United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

Kemudian instansi dalam negeri yang terlibat diantaranya Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), serta Kemenristekikdi.

Tahun ini Kementan memasang target produksi kedelai nasional mencapai 2,9 ton. Sementara itu angka impor kedelai masih cukup tinggi. Data mulai Januari sampai Oktober 2017 volume impor kedelai mencapai 2,34 juta ton. Sementara pada sepanjang 2016 impor kedelai mencapai 2,6 juta ton lebih.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto menuturkan proyek tempe itu direncanakan mulai diluncurkan tahun depan. ’’Targetnya ada dampak secara nasional. Berkaitan kemandirian kedelai,’’ katanya di kantor Batan, Lebak Bulus, Jakarta selatan kemarin (9/7).

Dia mengatakan proyek ini ditargetkan membuahkan hasil pada 2022 nanti. Yakni produksi kedelai dalam negeri meningkat, sehingga mampu mengurangi impor.

Dia menjelaskan IAEA dan Batan, terlibat dalam proyek ini karena kedelai yang akan dipromosikan adalah varietas hasil pemuliaan atau mutasi genetik berbasis radiasi nuklir. Saat ini Batan memiliki sepuluh varietas kedelai hasil pemuliaan mutasi, diantaranya adalah kedelai Mutiara I.

Djarot menuturkan salah satu tujuan proyek tempe itu adalah bagaimana petani lokal bisa menanam kedelai Batan secara luas. Kemudian hasil panennya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe. Dia mengatakan sampai saat ini penanaman kedelai Batan belum berjalan secara maksimal.

Kebutuhan kedelai Indonesia masih sangat tergantung impor, sepanjang 2016 impor kedelai mencapai 2,6 juta ton lebih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News