Bingung Biaya, Tidak Tega Lihat Fisik Anak

Bingung Biaya, Tidak Tega Lihat Fisik Anak
Bayi berkepala dua dirawat di RSUP dr Sardjito, Jogjakarta.Foto: Boks JPNN.
Kondisi serbabingung dan dipaksa mengambil keputusan tepat membuatnya tidak bisa berpikir. Ditambah lagi kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan. Sehari-hari Usman hanya membantu kakaknya yang membuka usaha pembuatan mebel berbahan kayu di desanya. "Uang ada, tapi tidak seberapa. Saya tidak tahu harus bagaimana," katanya lirih sembari terus mengusap matanya yang basah.

Kebingungan tersebut sebenarnya sudah dia rasakan dua pekan lalu. Saat itu, setelah memeriksakan istri ke bidan desa, dia disarankan memeriksakan janin ke dokter spesialis untuk USG.

Dia harus pontang-panting mencari pinjaman demi membawa istrinya dengan menyewa mobil. Rumahnya jauh terpencil di Desa Purwosari sehingga kesulitan itu makin menjadi."

Dia ingat betul pada Senin (24/6) atau dua hari sebelum hari kelahiran bayinya. Pagi itu Munjiah dibawa ke tempat dokter praktik. Namun, dokter tidak dia jumpai karena praktik baru buka sore. "Sorenya hujan deras dan tidak jadi periksa," katanya. Baru Rabu (26/6) sore dia kembali memeriksakan istrinya ke bidan terdekat.

Bidan ini kembali menyarankan agar Munjiah dibawa ke dokter untuk USG malam itu juga karena didiagnosis anak dalam rahimnya sungsang atau melintang.

EMOSI Usman, ayah bayi berkepala dua, terguncang hingga beberapa jam lamanya. Bagaimana tidak, anak kedua dari istrinya, Munjiah, yang baru lahir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News