Bisnis Waralaba Makanan Rakyat Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

Bisnis Waralaba Makanan Rakyat Mampu Bertahan di Tengah Pandemi
Ilustrasi - Sentra Kuliner. Foto: Dok. JPNN.com

Hal senada pun diungkap oleh Pinkan, mantan karyawati yang kini memilih menjalani bisnis fried chicken di Kayuringin, Bekasi.

“Makanan yang enggak pernah bosan itu ayam. Ayam goreng juga jenis makanan yang dicari karena kebutuhan, bukan karena tren. Apalagi sekarang olahan ayam goreng makin banyak variannya. Ada geprek, sambal matah, penyet, dan lainnya. Jadi karena kebutuhan pokok orang-orang, makanya saya pilih bisnis ayam goreng,” kata Pinkan.

Lebih lanjut, Alex pun mendorong masyarakat Indonesia agar lebih aktif mengalokasikan dana yang dipunya untuk berinvestasi di sektor bisnis waralaba kuliner. Apa lagi konsep bisnis waralaba sangat mudah dijalankan mengingat franchisee tak perlu mempersiapkan apa pun selain tempat usaha.

Sebab, mulai dari bahan baku, SOP hingga materi promosi sudah dipersiapkan oleh franchisor.

Namun, Alex menekankan agar masyarakat bisa lebih selektif dalam memilih bisnis waralaba yang mau diambil. Sebab, tak jarang ada merek yang baru berdiri kurang dari lima tahun dan belum terbukti sustainable tetapi sudah berani menawarkan kemitraan atau waralaba.

Hal tersebut dianggap berbahaya karena dapat menjerumuskan masyarakat awam yang ingin berbisnis.

Untuk menghindari hal tersebut, Alex pun menyampaikan setidaknya ada beberapa kriteria yang dapat dilihat saat akan mengambil waralaba.

Pertama, bisa dilihat dari lama tahun berdiri dan jumlah mitra yang dipunyai, lalu besaran nilai investasi dan apa saja fasilitas maupun dukungan yang didapat dari franchisor, dan yang pasti sudah terbukti sustainable.

Sektor kuliner bisnis waralaba masih mampu bertahan, bahkan ada yang masih superior di tengah gempuran pandemi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News