Blunder PDIP Depok dan Jalan Kemenangan Idris-Imam

Blunder PDIP Depok dan Jalan Kemenangan Idris-Imam
Herryansyah, MBA. Foto: Dok Pribadi

Jadi diibaratkan saat ini memainkan jurus itu dengan merangkul koalisi gemuk "head to head versus" Idris-Imam beserta militansi kader PKS, tapi anehnya PDIP-Gerindra menduetkan calon populis & non-populis. Keren sih strategi awalnya, tapi "melempem" finishing touchnya.

Potensi masalah lain seandainya jika logistik "perang" Pradi-Afifah ternyata meleset atau jauh janji dari harapan parpol pendukungnya, dan sejauhmana kesiapan pelatihan saksi-saksi partai pengusung serta konsolidasi relawan, maka Pradi-Afifah semakin berat memenangi Pilkada.

Sejak awal Pradi-Gerindra memiliki posisi tawar tinggi, karena mencukupi kursi untuk maju sendiri plus koalisi parta lain, tapi Gerindra tidak punya 'nyali' menolak "tawaran tunggal" dari PDIP untuk menjadikan duetnya di pilkada.

Jika saja Gerindra berani membentuk koalisi plus tanpa PDIP, dengan menggandeng pilihan calon wakil wali kota yang populis dari partai lainnya sebagai D2, maka potensi menang lebih besar. Menurutnya, PDIP tidak mungkin berkoalisi dengan PKS dan tidak juga berani untuk maju paket wali kota sendiri, maka pada akhirnya PDIP akan bijak berpolitiknya dan menyodorkan pilihan calon populis kader lainnya yang dianggap mampu mendulang suara dan bekerja maksimal untuk Pradi.

"Akankah “Jurus kungfu Drunken Master" ini efektif memenangkan pillkada? Ataukah langkah catur PDIP menduetkan Afifah dengan Pradi, secara tidak langsung, entah disadari atau tidak, justru memiliki andil besar melapangkan " jurus silat" Idris Somad-Imam Budi menjadi Wali kota-Wakil Wali Kota 2020-2025?

Akankah jadi "totok jari mematikan" lumpuhkan militansi pendukung Idris-Imam ? Ataukah jurus itu hanya "totok jari refleksi" bagi dominasi PKS di Depok? Perkiraan saya Pradi-Afifah di Depok bisa meraup 20%-35% suara. Semua hipotesa-analisa saya tersebut, bisa diuji dan lihat nanti 9 Desember jawabannya, amsiong atau tidak.

Penulis berkeyakinan bahwa akan ada otokritik dan evaluasi di internal partai-partai koalisi karena 'gagal pahamnya' mengorganisasi politik pilkada sejak 2015. Lalu siapa sih yang akan paling dimintakan tanggung jawab jika kalah lagi nanti? Elit parpol di daerah atau elit parpol di pusat?

Peribahasa "Keledai tidak akan terperosok dua kali di lubang yang sama", pasti dijadikan bahan renungan dan pijakan bagi elite parpol-parpol di Depok menentukan langkah politik pascapilkada, dan persiapan pilkada 2025 mendatang.

Pilkada Kota Depok akan berlangsung dalam hitung hari. Sejauhmana peluang para kandidat setelah melewati tahapan dalam memenangkan pertarungan Pilkada 9 Desember nanti?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News