Bocooorrr, Digragoti Para Preman
“Pak sini pak,” teriak mereka. Kali ini bahkan, suaranya terkesan membentak.
Beberapa, pengendara di depan, terperanjat kaget. Ada yang berpandangan heran.
Ada yang dengan lugunya, menurut saja. Dan sekali lagi, pria yang tampak ‘sangar’ tadi menyeringai. Melempar senyum pongah pada saingannya di lorong lain.
Begitu seterusnya. Tak ada senyum ramah. Hanya suara-suara memaksa, agar para pemilik sepeda motor mau parkir di wilayah kekuasaanya.
Anehnya memang, tak ada yang berani melawan. Menurut saja, meski sudah dibentak-bentak.
Dari pada acara wisata ke pantai Gading, batal. Hanya gara-gara berseteru lawan juru parkir, songong itu.
“Kalau nggak gitu, kalah dia sama rekan-rekannya yang lain, jadi memang harus dengan suara keras,” kata seorang pengunjung. Imam namanya. Ia berusaha memahami. Meski, dada ia elus-elus juga.
“Tapi, tidak harus bentak-bentak, jadi males ke sini lagi,” keluh Citra, setengah bercerita kesannya pada Koran ini.
DI banyak daerah, lahan parkir ibarat kue yang sangat manis. Bocor, di sana–sini hingga target pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor