Boneka Arwah

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Boneka Arwah
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Boneka arawah atau spirit doll menjadi tren baru di kalangan selebritas. Banyak yang pamer punya piaraan baru dalam bentuk boneka bayi dengan berbagai jenis dan macamnya.

Boneka-boneka ini tidak sekadar boneka, tetapi dianggap punya roh atau arwah, dan dirawat sebagaimana manusia.

Boneka arwah itu tidak sekadar menjadi mainan, tetapi diperlakukan dengan istimewa sebagai anak kandung yang diberi makan dan minum serta pakaian. Lebih dari itu boneka arwah diyakini punya kekuatan spiritual yang bisa memberi keberuntungan atau kesialan.

Para selebritas dan para penggemar boneka arwah itu merasa keren dan modern karena mengikuti tren internasional yang lagi viral. Padahal, pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap punya roh adalah praktik kuno yang dijalani manusia primitif.

Inilah paradoks manusia modern. Makin modern, makin global, tetapi sebaliknya menjadi makin primitif dan terkucil. Manusia modern adalah manusia digital bagian dari network society yang terhubung ke jaringan global.

Pertemanan mereka melalui jejaring medsos jumlahnya ribuan dan jutaan. Namun, bersamaan dengan itu hidup mereka menjadi lebih kesepian dan kehilangan teman dan tetangga konvensional.

Lalu pelariannya adalah mencari hiburan virtual, menciptakan tetangga virtual, dan mencari teman virtual dalam bentuk robot atau boneka arwah.

Orang-orang kuno yang primitif percaya bahwa batu, kayu, pepohonan, mempunyai roh dan bisa memberi manfaat dan mudarat. Karena itu agama orang primitif adalah agama animisme dan dinamisme.

Boneka arwah berbentuk anak-anak dan menjadi saluran biologis orang-orang yang terobsesi punya anak, tetapi tidak berhasil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News