Boxing Day

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Boxing Day
Timnas Indonesia. Foto: diambil dari pssiorg

Indonesia akan menanggung malu seumur hidup. Untunglah Nadeo bisa membaca arah bola dan menepisnya.

Pertandingan dilanjutkan 2x15 menit. Indonesia bernapas lega karena bisa mencetak dua gol tambahan. Singapura makin didera nestapa karena kiper Hasan Sunny diusir dari lapangan. Delapan pemain melawan sebelas. Namun, Singapura nyaris mempermalukan Indonesia.

Dengan sembilan pemain di lapangan, Singapura masih mengancam Indonesia. Baru setelah pemain ketiga Singapura diusir, gawang Indonesia aman. Sungguh drama yang mendebarkan.

Kalah tragis di semifinal atau final, atau di babak apa pun dalam sepakbola, adalah sesuatu hal yang biasa. Namun, kalah dalam semifinal dari tim yang hanya punya delapan pemain tersisa di lapangan adalah kekalahan yang memalukan.

Apalagi kalau ternyata tim lawan tidak benar-benar superior. Andai kekalahan terjadi Indonesia akan menanggung trauma nasional yang terbawa seumur hidup. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan belasan tahun, untuk menghapus trauma itu.

Tim sepak bola Inggris membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghapus trauma selalu kalah dari Jerman di babak penting turnamen internasional. Baru pada semifinal Euro 2020 trauma Inggris itu bisa dihapus dengan mengalahkan Jerman di Stadion Wembley.

Inggris kalah dari Italia di final, tetapi trauma Jerman sudah dihapuskan.

Kalau saja malam tadi Indonesia kalah dari Singapura maka trauma itu akan menjadi hantu sampai bertahun-tahun ke depan. Singapura akan menjadi kuda hitam selamanya. Indonesia akan dipermalukan oleh negara kecil yang penduduknya hanya satu kabupaten kecil.

Andai kalah dari tim yang menyisakan 8 pemain terjadi, Indonesia akan menanggung trauma nasional seumur hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News