Bu Saprah, Sebulan Rp 200 Ribu tapi Cukup untuk Makan dan Bayar Listrik
Kala itu, dia tengah mendorong tumpukan sampah yang diletakkan di atas gerobak dorong miliknya.
Pancaran keakraban dengan tawa khas yang mengembang memecah bingarnya lalat-lalat beterbangan di atas sampah yang dibawanya.
Wajah lelah dan letih tak dapat ditutupinya. Bagaimana tidak, setiap hari dia berangkat pukul 05.00 wib dan pulang pukul 11.00 wib. Baginya, rezeki yang ia dapatkan bergantung waktu ia memulai.
“Kalau siang berangkatnya gampang lelah, sampah yang didapat juga sedikit,” ungkapnya.
Diceritakannya, banyak pekerjaan yang juga telah menanti di rumah. Meski masih lelah, Saprah tak lantas beristirahat.
Ia melanjutkan kegiatannya mulai dari memasak untuk makan siang hingga bergegas membersihkan tumpukkan sampah yang dibawanya.
Memilah sampah tersebut ternyata memakan waktu yang cukup lama, Saprah bahkan menghabiskan waktunya hingga pukul 18.00 wib.
“Kalau sudah dipilah bisa digabungkan jenisnya. Mudah jualnya,” lanjutnya.
Saprah berupaya keras mendorong gerobaknya di sepanjang jalan. Usianya memang sudah lanjut, namun tubuhnya masih tampak cukup bertenaga.
- Resinergi, Inovator Pengelolaan Sampah Terpadu dan Berkelanjutan Sukses Raih Pendanaan dari NEV
- Upaya Strategis Pemkot Tangsel Mengatasi Sampah
- Langkah Preventif Kurangi Sampah Kemasan Kosmetik, Erha Buat Terobosan Baru
- Pendakian Gunung Kembang, Puncak Indah Tanpa Sampah
- Cerita di Balik Gunung Terbersih di Indonesia, Kembang
- Kreasi Sampah di SDN Sawah Baru 01 Demi Bumi Lestari