Budak
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
jpnn.com - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pekan lalu meminta maaf atas perbudakan yang dilakukan oleh Belanda selama masa penjajahan yang berlangsung selama ratusan tahun.
Permintaan maaf itu ditujukan Rutte kepada semua orang yang diperbudak dan yang menderita akibat tindakan itu, termasuk semua keturunan korban perbudakan pada masa lalu hingga saat ini.
Sayangnya, permintaan maaf Rutte itu tidak termasuk Indonesia, negara yang pernah mengalami penjajahan langsung oleh Belanda sejak 1800-an.
Rutte hanya sesekali menyebut istilah Hindia Belanda dan VOC, tetapi secara spesifik tidak mengajukan permintaan maaf kepada Pemerintah Indonesia.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan dari Indonsia.
Para ahli sejarah menegaskan Belanda harus secara spesifik menyebut Indonesia, dan meminta maaf atas perbudakan yang dilakukan selama masa penjajahan.
Ada kemungkinan Belanda sengaja menyembunyikan jejak kelamnya di Indonesia.
Akan tetapi, menjadi pertanyaan, kalau tidak tulus ingin meminta maaf atas kejahatan di masa silam mengapa harus mengungkit soal perbudakaan itu.
Belanda harus mengakuinya terus terang dan meminta maaf, serta membayar ganti rugi untuk bangsa Indonesia.
- Menekraf dan Mendagri Teken Surat Keputusan, Ekonomi Kreatif Diharapkan Menggeliat
- Menko Airlangga: Indonesia dan ASEAN Tetap Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
- Prabowo Santap Siang dengan Pengusaha Jepang, Lihat
- 'Trump Effect' Bisa jadi Peluang Besar bagi Indonesia, Asalkan
- Prabowo Naikkan UMP 2025 Sebesar 6,5 Persen
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan