Budi Daya Jangkrik, Wayan Raup Omzet Rp 30 Juta per Bulan

Budi Daya Jangkrik, Wayan Raup Omzet Rp 30 Juta per Bulan
I Wayan Putrana budi daya jangkrik di rumahnya. Foto: Rojai/Lombok Post/JPNN.com

Jangkrik dengan jenis Kalung sebagai makanan burung ini dipanen pada umur 30 hari. Jangkrik ini biasanya dipanen sebelum sayapnya tumbuh. Di Lombok, sebagian besar jangkrik yang dibudidayakan peternak untuk makanan burung.

Beda dengan di Jawa, jangkrik juga sebagai makanan, bahkan diolah menjadi kripik. “Kalau kita di sini hanya untuk makanan burung saja,” kata Wayan.

Untuk pemasaran sendiri ia tidak kewalahan. Sejauh ini ia sudah memiliki pelanggan di setiap daerah. Tiap sore ia mengantarkan pesanan pelanggan dari Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Praya, dan Kota Mataram.

Begitu juga dengan pemelihara burung juga banyak yang datang ke sini untuk langsung memesan jangkrik. “Di Pasar Burung Cakranegara ada tiga toko yang ngambil di saya,” ucapnya.

Untuk budi daya jangkrik ia mengembangbiakkan dari telurnya. Telur yang dibeli dari Jawa ia kembangkan. Telur-telur ini kemudian diletakkan di dalam kandang atau boks seukuran 2x1 meter dengan dialasi triplek.

Dalam setiap boks ditaburi pakan ayam atau konsentrat. Di sekitar boks, tray telur disusun bertingkat yang berfungsi sebagai rumah jangkrik ketika menetas nanti.

Satu ons telur yang ditetaskan bisa menghasilkan minimal 10 kilogram jangkrik muda. Namun demikian jangkrik sangat sensitif terhadap cuaca dingin. Karena itu ia harus menjaga boks dalam kondisi hangat. “Cuaca memang ancaman bagi jangkrik,” ujarnya.

Bila cuaca tidak mendukung atau musim hujan seperti sekarang ini, Wayan menggantungkan lampu dengan daya 5 watt yang dihidupkan sepanjang hari. Sementara boks ditutup rapat agar tidak masuk angin.

Banyaknya orang yang hobi memelihara burung dimanfaatkan betul I Wayan Putrana dengan budi daya jangkrik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News