Bukan Masanya Lagi Guru Menghukum Siswa dengan Cubitan & Push Up

Bukan Masanya Lagi Guru Menghukum Siswa dengan Cubitan & Push Up
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal saat memberikan materi workshop kepada para kepala SMK pusat keunggulan. Foto dokumentasi GSM

jpnn.com, MAGELANG - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) terus melakukan penguatan ekosistem melalui pelatihan terhadap 98 kepala sekolah SMK pusat keunggulan di Magelang.

Menurut pendiri GSM Muhammad Nur Rizal, workshop di Magelang merupakan yang terakhir dari rangkaian lima batch yang dilaksanakan sejak awal Oktober di Yogyakarta, Solo, dan Magelang.

Total peserta yang telah dilatih bagi kepala SMK pelaksana program SMK pusat keunggulan ini sekitar 900 orang lebih.

"GSM mendesain dalam workshop selama tiga hari, kemudian dibangun komunitas bersama untuk saling belajar, bertukar praktik, dan pengalaman untuk menguatkan keyakinan dan kebanggaan menjadi seorang guru penyimpang," ujar Nur Rizal, Minggu (7/11).

Guru penyimpang adalah guru yang perilaku mengajarnya menyimpang, tetapi memberi dampak luar biasa bagi karakter dan hasil belajar para siswanya.

Berbeda dari program pelatihan lainnya, GSM ditangkap oleh peserta sebagai gerakan yang bisa memantik dorongan internal dalam melakukan perubahan.

Menurut pengakuan Caecilia Luppi Satesti, salah satu peserta kepala sekolah dari SMKN 1 Kokap Kulon Progo, dia baru paham bahwa GSM itu tidak hanya untuk anak-anak dan proses pembelajaran, tetapi mencakup seluruh proses penyelenggaraan di sekolah.

"Kesimpulan ini saya yakini setelah melewati materi hari kedua," ujarnya.

Gerakan sekolah menyenangkan (GSM) mengajarkan para guru untuk tidak lagi menghukum siswa dengan cubitan dan push up.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News