Bulan BK

Oleh: Dahlan Iskan

Bulan BK
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mereka membuat pagar intelek menjaga tamu negara. Saat Kruschov makan siang dengan Bung Karno, mahasiswa itu berjajar di teras istana. Istana Negara. Yang menghadap ke Jalan Juanda Jakarta. Soedjatmiko tepat berdiri di dekat pintu istana negara. Ia bisa melihat dua presiden itu di meja makan.

Baca Juga:

Dari meja makannya Bung Karno menatap ke arah wajah Djatmiko. Tangannya memberikan kode agar Djatmiko mendekat. Djatmiko tidak percaya dirinya yang dipanggil. Ia toleh kanan-kiri. Tidak ada orang di dekatnya selain mahasiswa.

Ia pun menudingkan jari ke dadanya. Maksudnya: saya? Bung Karno mengangguk.

Setelah mendekat, Bung Karno pun menunjuk ke serbet makan tamunya yang jatuh ke lantai. Agar dipungut. Lalu dipasangkan kembali ke pangkuan Kruschov. Setelah melakukan tugasnya, Djatmiko kembali ke tempatnya bertugas.

Peristiwa itu ternyata menentukan perjalanan hidup Djatmiko berikutnya, apalagi setelah diketahui bahwa ia masih keponakan Djawoto, pendiri dan ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pusat. Ia juga pimpinan kantor berita milik negara: Antara.

Lebih dari itu ia juga kenal baik dengan orang istana: Joop Ave. "Hampir saja saya jadi pacar Joop Ave," ujarnya lantas tertawa. "Dia sempat marah ke saya," tambahnya sambil melirik istrinya.

Sang istri adalah mahasiswa kedokteran UI tiga tahun lebih belakangan. Namun sang istri lebih dulu menjadi dokter.

Kelak Joop Ave juga dikenal dekat dengan presiden berikutnya: Pak Harto. Bahkan jadi menteri pariwisata. Rasanya baru ia menteri yang latar belakangnya pelangi.

Di bulan Bung Karno ini saya bertemu Sukarnois tua. Ia pernah dipanggil Bung Karno untuk mengambil serbet makan Presiden Kruschov yang jatuh ke lantai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News