Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa

Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa
Bung Hatta, Bung Karno dalam sebuah jamuan makan. Foto: Dok. Arsip Nasional Belanda.

Tinggal Masyumi. Semua mata tertuju ke Ilyas Ya'kub pimpinan Masyumi. Ilyas menatap Hamka. "Terimalah," katanya. Hadirin sontak bertepuk tangan. Sorak-sorai.

Malam 2 Agustus 1947, bertempat di Hotel Merdeka diadakan sidang membahas anggaran dasar, program dan pekerjaan FPN.

Malam itu, melalui siaran radio, Perdana Menteri Amir Syarifuddin memerintahkan hentikan tembak-menembak. Gencatan senjata.

Cerita Hamka, "sehabis mendengar pidato radio, diedarkanlah pertanyaan berkeliling, apakah FPN akan dilanjutkan juga, sebab suasana berubah…"

Semua bersepakat, janji Belanda tak bisa dipegang. PFN mesti diteruskan.

Gedung Cinema Theater Bukittinggi, 12 Agustus 1947. Seluruh barisan, partai politik, perkumpulan sosial, pemuda kaum wanita, ulama, niniak mamak berkumpul. Hari itu, FPN diresmikan. Hamka selaku pimpinan FPN berpidato menyalakan jiwa-jiwa merdeka.

Badan-badan yang bersatu dalam FPN 56 banyaknya.

Di antaranya Majlis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau, Barisan Hulubalang, Ibu Kesatria, Persatuan Saudagar, Barisan Merah, Barisan Teras.

BUNG Hatta dalam perjalanan ke Pematang Siantar, ibukota Propinsi Sumatera ketika pasukan Belanda melancarkan agresi ke kota itu, Juli 1947. Puan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News