Bung Hatta Sosok Sederhana, Cenderung Ingin Tampil di Belakang Layar

Bung Hatta Sosok Sederhana, Cenderung Ingin Tampil di Belakang Layar
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi. Foto: BKNP PDI Perjuangan

Yang menarik dari Bung Hatta, meskipun dia seorang aktivis yang kutu buku dan sering kali mengkritik demokrasi ala barat, namun Hatta sendiri tidak anti-terhadap demokrasi Barat.

Ini berbeda dengan Syahrir misalnya yang cenderung taklid buta terhadap demokrasi Barat, atau Bung Karno yang cenderung anti-terhadap demokrasi Barat.

”Bung Hatta menerima konsep demokrasi barat tapi dengan sangat kritis. Beliau menulis banyak sekali kritik-kritik tajam terhadap demokrasi Barat terutama yang disebutnya sebagai demokrasi kapitalistik,” kata doktor politik dari Australian National University itu.

Menurutnya, Hatta melihat bahwa demokrasi di Barat tidak bisa dilepaskan dari konsep liberalisme individualisme.

Individualisme yang diartikan bahwa setiap orang memiliki kehendak untuk melakukan apa pun yang dia lakukan dan dijamin oleh apa pun.

Kritik Hatta terhadap hal tersebut adalah ketika kehendak atau individualisme ini terlalu ditekankan secara membabi buta, maka yang lahir adalah hanya demokrasi politik, namun demokrasi ekonomi dikuasai oleh pemodal.

Kritik-kritik tajam Hatta terutama pada asumsi yang dipegang oleh individualisme bahwa seakan negara hanya menjadi penjaga malam dan tidak mengurusi bagaimana proses keadilan sosial.

“Inilah mengapa konsep keadilan sosial itu menempati satu tempat yang sangat baik sekali dalam pemikiran demokrasi seorang Hatta,” tutur Burhanuddin.

Berbeda dengan Soekarno, Bung Hatta lebih banyak dikenal sebagai man of work, orang yang bekerja di belakang layar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News