Bung Karno dan Proyek ‘Mustika Rasa’, Cita-cita Kuliner Indonesia Sejajar dengan Hidangan Eropa

Bung Karno dan Proyek ‘Mustika Rasa’, Cita-cita Kuliner Indonesia Sejajar dengan Hidangan Eropa
Kepala Departemen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Abdul Gaffar Karim dalam ‘Talkshow & Musik Bung Karno Series’ bertema ‘Visi Bung Karno dan Keragaman Kuliner’ Episode 29, Selasa (29/6). Bincang-bincang ini dipandu artis sekaligus aktivis nasionalis Kirana Larasati. Foto: BKNP PDIP.

Tak asal kenyang, Bung Karno menjadikan makanan sebagai caranya untuk mengekspresikan keindahan.

Secara eksplisit, kata Gaffar, dalam otobiografinya Bung Karno memiliki kebiasaan makan pakai tangan.

Termasuk saat kerap mengundang Duta Besar Amerika Serikat ke Istana Bogor untuk makan nasi goreng ayam bersama.

“Beliau sangat ingin membanggakan apa yang Indonesia miliki, salah satunya cara makan dengan menggunakan tangan,” jelas Gaffar.

Kepedulian Bung Karno pada kuliner juga ditunjukkan dengan penghargaan yang diberikan negara pada Mbah Wiryo, seorang juru masak Istana nan setia mengikuti perjuangan pemerintahan Indonesia.

Perempuan kelahiran Sleman, 1903, itu mengabdi sejak di Gedung Agung, Yogyakarta, hingga diboyong ke Istana Jakarta dan mendapat penghargaan ‘Satya Lencana Wira Karya’

“Mbah Wiryo dianggap berjasa karena memastikan kesehatan pemimpin bangsa baik-baik saja, termasuk saat pemerintahan berada dalam pengasingan,” terang pakar pemilu dari UGM ini.

Kuliner juga menjadi salah satu alat politik diplomasi Bung Karno, termasuk saat tengah ‘menyerang’ negara lain.

Suatu waktu, Bung Karno mengundang seorang duta besar negara lain yang baru saja datang ke Indonesia.

Abdul Gaffar Karim menegaskan bahwa Proklamator Kemerdekaan RI yang juga Presiden Pertama RI Soekarno alias Bung Karno punya cita-cita agar masakan asal Indonesia berdiri sama tinggi dengan hidangan Eropa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News