Butuh Lima Jam Naik Motor dari Sambas

Butuh Lima Jam Naik Motor dari Sambas
Perahu menjadi andalan transportasi warga Desa Camar Bulan. Foto: Ruslan Ramli/JPNN.com

jpnn.com - Camar Bulan pernah menjadi “buah bibir” media massa dua tahun silam. Ketika itu, sebagian kecil wilayah Indonesia di perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak itu diisukan telah dicaplok oleh negeri tetangga, Malaysia. Patok lintas batas dikabarkan bergeser sehingga Indonesia kehilangan lahan seluas 1.449 hektare. Bagaimana wajah Camar Bulan?

Ruslan Ramli, Camar Bulan

Dua pekan lalu penulis berkunjung ke Camar Bulan, sebuah dusun yang terletak di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Angin pantai yang berhembus dari Laut China Selatan menyambut dingin setelah penulis menempuh perjalanan darat sekitar empat-lima jam naik motor dari pusat Sambas. Saat itu penulis berangkat ditemani Robby alias Obay, PNS Kabupaten Sambas menuju dusun terluar Indonesia di sempadan Kalbar-Serawak.

Tidak terbayangkan penulis bisa berada di ujung barat Pulau Kalimantan itu mengingat medan lokasinya yang sangat terisolasi. Meskipun jaraknya sekitar 50 km dari ibu kota kecamatan di Paloh, namun untuk menjangkau Camar Bulan butuh perjuangan ekstra keras. Infrastrukturnya sangat tertinggal dibanding daerah tetangga. Jalannya rusak parah di tengah hamparan ilalang dan perkebunan.

Camar Bulan adalah sebuah dusun yang kondang di media massa pada edisi Oktober 2011. Saat itu tiba-tiba kampung ini bersama Tanjung Datu jadi trending topic di surat kabar, radio, dan televisi nasional. Media jejaring sosial ikut meramaikan informasi dugaan pencaplokan lahan di ekor barat perbatasan Indonesia-Malaysia itu. Hubungan kedua negeri jiran ini pun memanas karena menyangkut persoalan kedaulatan negara.

Adalah Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin yang pertama kali mempermasalahkan Camar Bulan dan Tanjung Datu. Politikus PDI Perjuangan tersebut  melontarkan pernyataan bahwa Indonesia “menyerahkan” wilayahnya di sempadan Kalbar-Serawak. Dia menengarai patok lintas batas di Camar Bulan dan Tanjung Datu telah bergeser dan tidak sesuai lagi dengan nota kesepahaman antara tim Joint Committee Boundary.

Sontak petinggi negara di Jakarta maupun Kuala Lumpur segera merespons. Pemerintah Indonesia menurunkan tim khusus yang terbang ke lokasi perbatasan guna memastikan keberadaan patok lintas batas. Perwakilan negara serumpun ini bertemu untuk menyelesaikan persoalan Camar Bulan dan Tanjung Datu agar tidak meluas dan berimbas pada memburuknya hubungan Indonesia-Malaysia.

Kasus dua tahun silam itulah yang kemudian menjadikan Camar Bulan dan Tanjung Datu sebagai isu sensitif bagi Indonesia-Malaysia. Apalagi selama ini keduanya masih berstatus  OBP (outstanding boundary problems)  atau daerah perbatasan yang bermasalah.  Sehingga, kasus ini menambah daftar panjang perseteruan Indonesia-Malaysia di perbatasan.

Camar Bulan pernah menjadi “buah bibir” media massa dua tahun silam. Ketika itu, sebagian kecil wilayah Indonesia di perbatasan Kalimantan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News