Cak Nun dan Firaun

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Cak Nun dan Firaun
Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

Para naga itu selama ini disebut-sebut sebagai bagian dari oligarki yang menopang kekuasaan Jokowi.

Bagi yang sudah terbiasa mengikuti ceramah-ceramah Cak Nun ungkapan-ungkapan itu biasa-biasa saja.

Artinya, bagi seorang Cak Nun mengritik kekuasaan dengan cara yang tajam sudah menjadi bagian dari perjalanan karirnya. 

Selain tajam, Cak Nun sangat sering memakai narasi-narasi kocak yang memancing gelak tawa.

Akan tetapi, bagi yang tidak biasa mendengarkan Cak Nun, dan tidak mengikuti perjalanan kariernya, kritikan terhadap Jokowi itu ditafsirkan sebagai penghinaan. Karena itu kemudian ada yang berinisiatif melaporkan Cak Nun ke polisi.

Cak Nun dikenal mempunyai referensi yang luas terhadap berbagai khazanah keilmuan. Menyamakan Jokowi dengan Firaun ala Cak Nun harus dilihat dalam konteks yang utuh, tidak sepotong-potong.

Dalam Al-Qur'an, kekuasaan Firaun yang despotis itu ditopang oleh beberapa kekuatan, yaitu kaum intelektual, birokrat, militer, tokoh agama, paranormal, dan pengusaha.

Kekuatan yang lengkap ini menghasilkan kekuasaan yang sangat otoritarian seolah tidak ada yang bisa menumbangkan.

Menyamakan Jokowi dengan Firaun ala Cak Nun harus dilihat dalam konteks yang utuh, tidak sepotong-potong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News