Cakra Manggilingan
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Mullah Muhammad Umar terbunuh karena serangan drone Amerika pada 2015. Namun, konsolidasi yang dilakukan Taliban sudah cukup kuat dengan menarik diri ke perbatasan Pakistan.
Taliban kemudian melakukan konsolidasi melalui ribuan madrasah yang menjadi pusat aktivitas kaderisasi.
Selama 20 tahun melakukan gerilya, Taliban akhirnya berhasil merebut kembali kekuasaan yang lepas pada 1996.
Amerika yang kelelahan memutuskan untuk melepaskan Afghanistan. Amerika menyadari bahwa perang Afghanistan adalah ‘’unwinnable war’’, perang yang tidak bisa dimenangi.
Presiden Joe Biden dikecam karena dianggap ‘’tinggal gelanggang colong playu’’. Biden membela keputusannya dengan mengatakan ‘’we end the forever war’’, kita telah mengakhiri perang abadi.
Afghanistan adalah Padang Kurusetra yang menjadi kuburan bagi empire-empire besar, ‘’the graveyard of empires’’. Rasanya, tidak akan ada lagi kekuatan besar yang berani muncul langsung di palagan Afghanistan.
Uni Soviet mundur, NATO mundur, Amerika mundur. Sekarang nasib Afghanistan berada di tangan mereka sendiri.
Sejarah belum berakhir. Dan sejarah, bukanlah gerak linier yang punya ujung seperti yang diklaim Hegel. Sejarah, kata Ibnu Khaldun, adalah gerak sirkular yang berputar. Seperti roda pedati, kadang di atas kadang di bawah.
Uni Soviet mundur, NATO mundur, Amerika Serikat juga mundur. Nasib Afghanistan berada di tangan mereka sendiri.
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Inilah Dampak Perang Dagang Tarif Resiprokal AS vs China Bagi Indonesia
- Bea Cukai Dukung Ekspor Perdana 273 Kg Teripang Susu Putih Asal Minahasa Utara ke AS
- Rambah Pasar Amerika Serikat, OKX Luncurkan Bursa Kripto Terpusat & Dompet Crypto Web3
- Gakoptindo Yakin Kebijakan Tarif Trump tak Memengaruhi Harga Kedelai dari AS