Cegah Penyakit Berulang dengan Rehabilitasi Jantung

Cegah Penyakit Berulang dengan Rehabilitasi Jantung
Habibah saat menjalani rehabilitasi jantung. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Habibah tengah asyik mengayuh sepeda statis di ruang gymnasium dan rehabilitasi kardiovaskuler Rumah Sakit Husada Utama kemarin (6/12). Perempuan 52 tahun tersebut menjalani rehabilitasi setelah melakukan operasi bypass pada 6 Oktober lalu.

''Habis operasi itu saya nggak berani ngapa-ngapain. Rasanya cemas. Nangis terus,'' ujar Habibah. Dia takut tidak bisa beraktivitas normal seperti sebelum operasi. Namun, dia mulai mendapatkan pencerahan setelah dirujuk untuk menjalani rehabilitasi medik.

Dua pekan lalu, perempuan yang tinggal di Jemur Andayani tersebut memutuskan ikut rehabilitasi medik. Sekali rehabilitasi dia mendapatkan jatah 12 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan, terapi yang dilakukan berbeda-beda. Semua bergantung kekuatan pasien.

Setelah enam kali terapi, dia tidak mengalami kecemasan yang sempat menghantuinya pascaoperasi. Bahkan, dia merasa jauh lebih baik daripada sebelum dioperasi. Selain terapi untuk memperkuat fisik, ibu rumah tangga itu mendapatkan terapi dari psikolog, ahli gizi, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, serta tentu saja dokter spesialis jantung.

Kemajuan Habibah dalam terapi tersebut terus menanjak. Dari awalnya hanya bisa berjalan sejauh 600 meter, sekarang dia sanggup berjalan 895 meter. Dengan sepeda statis pun, jarak yang dia tempuh bisa mencapai 2 km.

Dokter spesialis jantung paru dr Dyana Sarvasti SpJP (K)-FIHA menyebutkan, belum banyak jumlah pasien yang bersedia untuk melakukan terapi lanjutan itu. Selain karena belum ter-cover oleh BPJS, rehabilitasi tersebut belum menjadi bagian dari pengobatan. ''Di situ sendiri setahun nggak sampai 50 orang yang ikut. Padahal, itu sangat bagus sebagai bentuk pencegahan terjadinya sakit jantung yang berulang,'' tuturnya.

Dalam rehabilitasi tersebut, para pasien juga diajarkan mengenai jenis olahraga yang baik dan benar yang bisa dilakukan di rumah. Sebab, untuk setiap individu, jenis dan berat olahraga tidak bisa disamaratakan. (dwi/c22/dio)


Setelah enam kali terapi, dia tidak mengalami kecemasan yang sempat menghantuinya pascaoperasi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News