Cegah Putus Sekolah, Aris Prasetyo Ajak Siswa Bikin Film Pendek
Empat Tahun, Jumlah Murid Naik Tujuh Kali Lipat
Rabu, 26 Desember 2012 – 02:51 WIB
Tanpa banyak pikir, alumnus Jurusan Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta pada 2006 itu memutuskan untuk mendaftar sebagai guru. "Seminggu kemudian, saya diterima menjadi guru pengabdi (non-PNS, Red)," kata Aris di Jakarta pekan lalu.
Setelah bergabung dengan SMP Negeri 4 Satu Atap, Aris baru mengetahui bahwa sekolah dengan dua ruang kelas dan satu ruang guru itu hanya memiliki 39 siswa. Sudah jadi rahasia umum, anak-anak Desa Tunjungmuli dan sekitarnya kurang berminat untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SD. Faktor orang tua yang juga tidak antusias tentu berpengaruh.
Lingkaran setan tersebut berlangsung selama bertahun-tahun. Karena itu, didirikanlah SMP Negeri 4 Satu Atap pada 2007. SMP itu disebut "satu atap" karena lokasinya menyatu dengan SD Negeri 2 Tunjungmuli. "Begitu lulus SD, kalau nggak menikah, ya berangkat (mencari kerja, Red) ke Jakarta," ungkap pria kelahiran Purbalingga, 4 Juli 1979, itu.
Aris merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Dia berupaya memikirkan cara yang efektif untuk menarik minat anak-anak dan orang tua.
Awalnya, niat Aris Prasetyo mendirikan kegiatan ekstrakurikuler film di SMP tempatnya mengajar sangat sederhana. Dia hanya ingin menarik minat anak-anak
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor