Cegah Speech Delay Anak, Terapi Harus Dituntaskan

Cegah Speech Delay Anak, Terapi Harus Dituntaskan
Foto ilustrasi diperagakan Ribka Trisnawati dan Nabilla Razqa Aqueena - Foto: Dite Surendra/Jawa Pos/JPNN.com

Muhammad Arfin Brahmantio mengalami hal yang sama. Arfin mengalami gangguan speech delay pada usia satu tahun. Kesibukan orang tua bekerja mengakibatkan Arfin sering dititipkan kepada nenek dan kakeknya selama setahun. Saat itu kondisi bayi Arfin masih normal.

Setelah usia satu tahun, sistem penjagaan Arfin berpindah tangan ke babysitter. Sejak itu, kondisi anak kelahiran Surabaya, 8 Mei 1999 tersebut mengalami perubahan 180 derajat. Sebelumnya aktif, Arfin berubah menjadi sosok pendiam. Bahkan, Arfin tidak mampu berbicara.

Orang tua Arfin lantas memeriksakan anak tunggalnya itu ke ahlinya. Dari beberapa kali pemeriksaan, Arfin diketahui bahwa dia mengalami speech delay. Arfin hanya paham instruksi berbahasa Inggris. Ketidakmampuan bicara selama itu disebabkan Arfin mengalami kebingungan antara dua bahasa yang sering didengarnya.

Orang tua dan keluarga lain pun panik. ’’Kami sempat bingung. Dari mana Arfin belajar bahasa Inggris. Padahal, kami menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari,’’ ujar neneknya, Sari Sukesi.

Selang tidak terlalu lama, terungkaplah sumber penyebab perubahan kondisi Arfin. ’’Ternyata dari babysitter-nya dulu. Mereka sering meninggalkan Arfin menonton TV berbayar saluran luar negeri yang didominasi bahasa Inggris,’’ ungkap perempuan 55 tahun ini. Ya, kejadian tersebut diakui Sari Sukesi bukan semata-mata kesalahan babysitter. Kesibukan orang tua bekerja yang berdampak Arfin kekurangan perhatian itulah faktor penyebab utamanya.

Terapi dan support kuat dari keluarga membantu proses penyembuhan Arfin. Pihak keluarga, terutama orang tua, berusaha meluangkan waktu untuk mengajak Arfin berinteraksi. ’’Kami ajari pelan-pelan ungkapan dengan bahasa Indonesia,’’ kata perempuan kelahiran Kediri, 11 Oktober 1959 tersebut.

Selain komunikasi secara langsung, orang tuanya sering mengajak Arfin ke tempat yang membuatnya kaya pengetahuan. Misalnya, museum dan wahana permainan. Alhasil, kini perilaku bocah laki-laki yang duduk di TK B itu mengarah ke hal positif. Arfin menjadi anak yang aktif, suka bermain gitar, bahkan mampu berbicara dalam dua bahasa. (bri/c10/c7/nda)

 


Nikesari menyadari putra bungsunya, Dervish, mengalami gangguan speech delay saat berusia setahun lima bulan. Gejala tersebut diketahui saat Dervish


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News