Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia

Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia
Agus Ismoyo (keempat dari kanan) sempat berkolaborasi dan mengajarkan cara membatik kepada suku Aborigin di kawasan Australia Utara. (Supplied: Agus Ismoyo)

Motif batik suku Aborigin yang mirip dengan Indonesia dalam bentuk flora dan fauna menimbulkan kenyamanan dalam diri Agus untuk berkolaborasi.

"Motifnya membuat saya merasa dekat sekali dengan kita. Jadi mengalir, karena kami membuat kolaborasinya dengan cara yang sangat alamiah," kata Agus.

Kendala bahasa menurutnya bukan masalah karena proses keseniannya terwujud dari kepekaan terhadap "hukum" yang dipercayai suku tersebut.

"Yang menjadi unik, seni sebagai bahasa yang dengan pikiran bisa dirasakan ... jadi saya tidak dengan 'meeting', tetapi saya melakukan tata cara kehidupan dia," tuturnya.

"Saya ikut berburu di hutan, upacara ... jadi saya bisa langsung mendapatkan motif dari sumber daya alam [di sana] dan menjadikannya motif tertentu."

'Workshop' dan kolaborasi Agus bersama suku Aborigin terus berlanjut hingga tahun 2005 di beberapa kawasan Australia lain, seperti Utopia dan Ernabella.

Museum batik pertama di Indonesia berdiri sejak tahun 1973

Cerita di Balik Kemiripan Motif Batik Indonesia dan Suku Aborigin Australia Photo: Museum Batik Yogyakarta didirikan atas keprihatinan terhadap pemotongan batik di tengah situasi ekonomi yang buruk. (Supplied: Museum Batik Yogyakarta)

 

Sementara itu, workshop batik juga masih diadakan dalam negeri, salah satunya di Museum Batik Yogyakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1973.

Perjalanan membatik Agus Ismoyo, seniman kelahiran Yogyakarta, menjadi semakin berwarna ketika berkolaborasi dengan suku Aborigin-Australia kurang lebih 30 tahun yang lalu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News