Cerita Keberhasilan Pulau Bali

Cerita Keberhasilan Pulau Bali
Cerita Keberhasilan Pulau Bali

Cerita Keberhasilan Pulau BaliDULU, awal tahun 2000 ketika saya pertama kali pindah ke Ubud, berkendara dari bandara Ngurah Rai ke tempat dimana berkumpulnya seniman-seniman di Bali ini sekitar 45 menit saja.

Setelah tragedi bom Bali pada tahun 2002, jumlah wisatawan menurun drastis (sulit membayangkan jika difikirkan kemajuan sekarang), perjalanan semakin mudah. Bahkan ada hari-hari tertentu ketika anda hampir mungkin tertidur di tengah Monkey Forest Road.

Tetapi zaman telah berubah dan bertahun-tahun setelah Bali mendapatkan ‘mojo’ nya terbukti dengan kembalinya wisatawan, bandara dan persimpangan bundaran Simpang Siur yang terkenal hingga ke utara menjadi episentrum kembar paling padat di antara kepadatan lalu lintas yang dijumpai di Indonesia Timur. Seringkali waktu yang saya habiskan dari Ubud bisa dua kali hingga tiga kali lipat lamanya – hampir dua atau tiga jam waktu saya habis di dalam mobil.

Baca Juga:

Geografis pulau Bali tidak terlalu rumit sebenarnya, tapi menjadi bermasalah di mata perencana tata kota. Bayangkan pulau ini terdiri dari dua segitiga – yang satu lebih besar dan satunya lagi lebih kecil, lalu keduanya bertemu di titik yang sempit melintasi tanah yang sudah menipis.

Segitiga Pulau Bali yang berukuran kecil adalah zona wisata utama Nusa Dua, dengan Bukit dan Benoa yang menjadi pusat kotanya. Area tersebut dilengkapi hotel-hotel (yang baru saja diresmikan adalah Mulia dengan 111 kamar suites, 526 resort dan 108 villa), hanya bisa dijangkau lewat satu jalan dari bandara Ngurah Rai menyisir batas timur Pulau Bali.

Tuban, Kuta dan Seminyak yang dilengkapi hotel-hotel, kafe, pertokoan dan bar berlokasi di sebelah utara bandara – di segitiga Bali yang lebih besar.

Baca Juga:

Sanur, Renon dan Denpasar yang luas dan menjadi ibukota provinsi juga berada di segitiga besar, yaitu di tepian ujung utara pulau.

Sekarang siapapun yang ingin melakukan perjalanan dari Sanur ke Kuta, Seminyak atau Jimbaran dan Nusa Dua dipaksa untuk menuju ke persimpangan bundaran Simpang Siur – titik dimana dua segitiga bertemu.

DULU, awal tahun 2000 ketika saya pertama kali pindah ke Ubud, berkendara dari bandara Ngurah Rai ke tempat dimana berkumpulnya seniman-seniman di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News