Cerita Ketua KPU Arief Budiman Mendapat Ancaman Akan Dibom

Cerita Ketua KPU Arief Budiman Mendapat Ancaman Akan Dibom
Ketua KPU Arief Budiman di gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019)dini hari. FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Arief mengaku sudah terbiasa dan sengaja menyiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut. Karena itu, ancaman personal biasanya diabaikan.

’’SMS yang mengancam keselamatan saya, mengancam mengebom saya. Bukan sekadar mengebom kantor saya ya,’’ ungkap pria kelahiran 2 Maret 1974 itu.

Termasuk ketika dia dituding mengesahkan rekapitulasi secara sembunyi-sembunyi. Padahal, prosesnya saat itu sangat terbuka dan semua pihak bisa melihat. ’’Keputusan rahasia apa, wong semua keputusannya dibacakan,’’ ucapnya, lantas tertawa.

Berbeda halnya bila ancaman itu berkaitan dengan institusi KPU. Misalnya, tudingan surat suara tujuh kontainer yang dicoblos terlebih dahulu.

Karena menyangkut legitimasi penyelenggaraan pemilu, dia dan para komisioner langsung menindaklanjuti. Sementara itu, ancaman personal biasanya diabaikan. ’’Saya harus menambah kewaspadaan saja,’’ katanya.

Bagi Arief, hikmah rekapitulasi kali ini adalah masyarakat semakin mengetahui bahwa pemilu adalah sebuah proses yang panjang dan transparan. Setiap tahapannya bukan hanya bisa, namun wajib, diberitahukan kepada publik. Tinggal apakah publik mau terus mengikuti proses yang transparan itu karena durasinya teramat panjang.

Arief menambahkan, setelah pemilu selesai nanti, dia belum akan berleha-leha. ’’Saya akan melanjutkan amanat yang saya terima sampai selesai,’’ tambahnya.

Juni mendatang KPU harus mempersiapkan tahapan pilkada serentak 2020. Undang-undang sudah memutuskan bahwa pemungutan suara Pilkada 2020 berlangsung pada September. Maka, setahun sebelumnya tahapan harus dimulai. Sebuah tugas berat yang kembali menanti Arief dkk. (*/c10/ttg/c19)

Ketua KPU Arief Budiman cerita sudah sering mendapatkan ancaman teror, salah satunya ancaman bom.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News