Cerita Makassar Lewat Film Bombe

Cerita Makassar Lewat Film Bombe
Film Bombe. Getty Images

"Anak-anak ini dilatih berakting secara khusus selama sebulan penuh, sebelum mereka menjalani syuting," ujar Rere.

Menciptakan adegan jalan dan pemukiman yang sunyi, bukan hal mudah. Makassar terkenal dengan kota yang padat, bukan hanya penduduk, tapi juga kendaraan. Rere menuturkan, pihaknya harus bekerjasama dengan kepolisian untuk menutup jalanan selama beberapa jam. Hal ini untuk mendapatkan adegan yang benar-benar sunyi tanpa satu pun kendaraan yang melintas.

"Untuk mendapatkan momen sunyi itu, kita juga  melakukan syuting pada tengah malam dan dini hari," beber Rere.

Kondisi cuaca juga ikut menentukan jadwal syuting. Rere dkk harus berburu cuaca yang tepat. Tidak terlalu panas dan juga tidak hujan. Inilah yang menjadi tantangan bagi mereka. Alasan Rere, mereka tidak ingin gambar yang dihasilkan menciptakan bayangan yang mengganggu kualitas film.

Menariknya, hampir seluruh adegan menggunakan bahasa dan logat kental Makassar. Alhasil, film yang rencananya diputar di bioskop seluruh Indonesia ini bakal dibuatkan subtitle.

Di tengah film yang berdurasi 100 menit ini, ada sosok Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Ilham memerankan adegan sebagai wali kota, persis di dunia nyata. Dalam film ini, Ilham seolah menjadi pemeran kunci. Dia-lah yang menuntun keenam anak yang tersesat itu untuk mencari tahu jawaban atas kejadian yang mereka alami.

"Mudah-mudahan dengan film ini, membuat masyarakat sadar akan tanggung jawab untuk menjaga Kota Makassar yang kita cintai bersama," ucap Ilham saat dimintai tanggapannya memerankan salah satu tokoh.

Film yang diperkirakan menelan biaya produksi miliaran rupiah ini tidak hanya mengandung banyak pesan sosial. Di sisi lain, sutradara mengangkat betapa indahnya Kota Makassar dari sejumlah sudut. Hal ini tergambar dari sudut-sudut kota nan cantik. Sebut saja; Pantai Losari, Karebosi, dan Monumen Mandala. (yuk)


DEMO mahasiswa dan perang antarkelompok. Makassar seolah identik dengan citra buruk itu. Citra inilah yang kemudian digambarkan dalam adegan film


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News