Cerita Pilot Pesawat Tempur, Bangga jadi Elang Khatulistiwa
jpnn.com - PILOT pesawat tempur harus siap siaga terbang kapan saja untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Ambrosius Junius, Supadio
Terbang saat cahaya alam tak mendukung tentu berbeda ketika matahari masih bersinar. Meskipun, pada prinsipnya sama.
"Terbang pada malam hari membutuhkan konsentrasi lebih karena panca indera kita, terutama penglihatan, akan jauh berkurang," terang Komandan Skadron 1 Elang Khatulistiwa, Letkol Pnb Agung Indrajaya, yang baru saja mendarat setelah latihan terbang malam di Crew Room Lanud Supadio, Kubu Raya, Kamis (1/12).
Karena kurangnya cahaya, maka flight instrument (instrumen penerbangan) di kokpit perlu pengecekan lebih seksama.
Sebab, selain instrumennya banyak, angka-angka maupun tulisan di penunjuk ketinggian hingga magnetic compass-nya terbilang kecil.
Tak hanya itu, pandangan di luar jendela kokpit pun berbeda.
"Jika pada siang, ketika kita memasuki awan, bisa memprediksi ketebalan awan. Sedangkan malam lebih susah, karena semuanya hitam," jelas Agung.
PILOT pesawat tempur harus siap siaga terbang kapan saja untuk menjaga kedaulatan NKRI. Ambrosius Junius, Supadio Terbang saat cahaya alam tak mendukung
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor