Cerita Pilot Pesawat Tempur, Bangga jadi Elang Khatulistiwa

Cerita Pilot Pesawat Tempur, Bangga jadi Elang Khatulistiwa
READY TO FLIGHT. Kiri: Komandan Skadron I Elang Khatulistiwa, Letkol Pnb Agung Indrajaya. Kanan: Anggota Skadron I Elang Khatulistiwa, Mayor Pnb IGN Adi Brata. Mereka tengah bersiap-siap untuk mengangkasa, belum lama ini. Foto: Penerangan Lanud Supadio for Rakyat Kalbar/JPNN.com

Belum lagi kecenderungan terjadinya vertigo sangat besar pada penerbangan malam.

"Jika itu (vertigo) terjadi, kita sulit membedakan mana atas dan bawah. Jika cuaca cerah, antara bintang di langit dan cahaya lampu dari rumah penduduk yang ada di bawah (ground), dalam penglihatan kita bisa terbalik," bebernya.

Meskipun di dalam kokpit terdapat flight instrument yang bisa memberikan informasi tentang situasi penerbangan, seperti attitude indicator (indikator ketinggian) maupun artificial horizon, tetap saja alat tersebut dibuat oleh manusia.

Menurut Agung, tidak bisa diandalkan 100 persen, artinya bisa error dan tidak berfungsi.

“Itu harus kita waspadai. Oleh karena itu selalu diingatkan kepada penerbang agar selalu teliti dan tidak hanya mengandalkan satu alat saja," terangnya.

Sebagai yang dituakan di Skadron 1, Agung selalu mengajak semua penerbang, air crew, dan ground crew, berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing sebelum flight.

"Kami di sini meyakini keselamatan, keberkahan, itu berasal dari Allah SWT. Saat briefing, self briefing, menuju dan masuk ke dalam pesawat, saat akan landing (mendarat) selalu memohon perlindungannya. Dan setelah turun dari pesawat selalu mengucap syukur atas perlindungan serta keselamatan yang telah diberikan-Nya," papar dia.

Menjadi penerbang tempur, lanjut Agung, sangat rumit. Teritori yang harus dijaga mencapai tapal batas udara Indonesia.

PILOT pesawat tempur harus siap siaga terbang kapan saja untuk menjaga kedaulatan NKRI. Ambrosius Junius, Supadio Terbang saat cahaya alam tak mendukung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News