Cerita Rumiati, Mempertaruhkan Nyawa Demi ke Sekolah
Selama tidak ada jembatan, lanjut Yudi, wargannya mengandalkan sebilah bambu. Bambu itu dililitkan kain sarung kemudian dibentuk ayunan untuk dijadikan alat angkut hasil panen. Jika belum musim panen tiba, alat ini jadi langgganan mengendong anak sekolah hingga warga sakit. “Warga sukarela mengantarkan warga lainnya. Ada bahasa sedikasihnya saja,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Desa Sukajaya Ujang Royani, menyebut keinginan warganya begitu besar untuk memiliki jembatan. Warga sudah mengibahkan lahan untuk dijadikan jembatan. Sedikit demi sedikit tiang pancang sudah dibangun sebanyak empat buah. Namun, sudah dua tahun lebih tiang tersebut tidak dilanjutkan.
“Sekarang naik kendaraaan ongkosnya mahal, jual hasil tani butuh biaya bertambah lagi, jadi sampai sekarang warga memilih menyeberang lewat sungai,” ungkapnya.
Warga berharap 100 hari kinerja Bupati Ade Yasin bisa mewujudkan impian warga memiliki jembatan. (don/c/radarbogor)
Rumiati rela menyeberang sungai dengan arus deras itu, karena untuk ke jembatan gantung terdekat harus menempuh jarak lebih dari tujuh kilometer.
Redaktur & Reporter : Adek
- Buka Cabang ke-8 di Bogor, The Aesthetics Skin Kenalkan Cell Chanel Booster
- Kawanan Begal Menyasar Pengendara Mobil, Korban Luka-Luka
- Dihadiahi Pisang-Talas dari Warga Tak Mampu, Bakal Cawalkot Bogor Sendi Fardiansyah Terharu
- Limbah dari BSD Diolah Secara Ilegal di Bogor, Polisi Bergerak
- 3.542 PPPK Kabupaten Bogor Menjalani Masa Orientasi, Asmawa Tosepu Berpesan Begini
- The Jansen Hingga Swellow Siap Beraksi dalam Konser Asal Bunyi