Choirul Anam, Aktivis HAM yang Hobi Berat Sepeda Onthel
Jadi Pelampiasan bila Pikiran Sumpek
Senin, 18 Juni 2012 – 00:18 WIB
"Bawa ke rumahnya jadi susah. Mau dinaiki takut jatuh dan sepedanya lecet. Kalau lecet, harganya akan turun. Jadi, saya tuntun deh," tutur Anam, Sabtu (16/6) lalu.
Perjalanan dari blangweer ke rumah memakan waktu satu jam. Selama di perjalanan Anam terus berpikir soal sepedanya itu. "Kok saya nekat ya? Apa ini mahal atau murah? Orisinalitasnya gimana?" kenangnya.
Beragam tanda tanya itu terus terlintas di pikirannya. Apalagi, ini pengalaman transaksi dagang pertama yang menghabiskan uang tabungan lebih dari tiga bulan. Anam mulai dibayangi rasa waswas. "Jadi nervous, takut bukan ori (asli), takut kedlodok, takut diejek, terlebih lagi takut rugi," ujar pria kelahiran Malang, 25 April 1977, itu.
Kekhawatirannya terbukti. Kakeknya, Nilem, mengatakan bahwa harga sepeda itu terlalu mahal. Kalau dijual lagi tidak akan mendapat untung. Seketika Anam lemas.
Bergelut dengan dunia advokasi HAM sering membuat pikiran tegang. Tapi, Choirul Anam punya obat mujarab untuk mengatasinya: sepeda onthel. NAUFAL
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor