Cholid Wolbachia

Oleh: Dahlan Iskan

Cholid Wolbachia
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kegiatan mereka: menyelesaikan sampah penduduk di kelurahan itu. Caranya: menyediakan kotak-kotak sampah terpilah di setiap RT.

Penduduk membawa sampah ke kotak itu. Lalu memasuk-masukkan sampah ke kotak sesuai dengan kategori sampahnya. Ada 12 kotak di setiap RT. Berarti ada 12 jenis sampah.

Dari titik itu sampah dikumpulkan ke satu tempat di kelurahan. Sampah yang ada harganya dijual. Yang mengandung aluminium didaur ulang. Dibuat aluminium cair. Lalu dicetak menjadi baling-baling kapal kecil. Di Bontang banyak nelayan.

Yang tidak bisa diolah barulah dibakar. Jumlahnya masih besar: 50 persen. Mereka lagi cari cara bagaimana bisa membakar sampah dengan efisien. Karena itu mereka ke bandara. Akan ke Magetan.
.
"Magetan?" tanya saya
.
"Inggih, pak. Ke Desa Taji, Karas, Magetan," kata Pak Lurah Cholid.

Begitu jauh mereka belajar membakar sampah. Dari Bontang naik bus 6 jam ke Balikpapan. Lalu naik pesawat ke Surabaya. Naik bus lagi ke Magetan.

Pesawat mereka rusak. Keberangkatan tertunda. Saya beruntung di atas penderitaan mereka.

Dari mereka saya tahu: di Magetan ada teknologi pembakaran sampah yang hebat. Sampai jadi pusat studi dari jauh.

Berarti Pak Lurah dari Bontang ini juga hebat –tanpa nasihat. Sampai kirim tim sampah belajar ke Magetan.

Selain masalah sampah, Pak Lurah Cholid kini juga sibuk menyiapkan warganya untuk program lain: penerapan teknologi Wolbachia di Telihan, Bontang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News