Cicilan Kredit Rumah di Australia Makin Mahal, Bagaimana Nasib Gubernur Bank Sentral?

Cicilan Kredit Rumah di Australia Makin Mahal, Bagaimana Nasib Gubernur Bank Sentral?
Akibat kenaikan suku bunga berkali-kali yang berdampak pada kenaikan cicilan rumah yang sangat tinggi, banyak konsumen mendesak masa jabatan Gubernur Bank Sentral Australia (RBA) Philip Lowe tidak diperpanjang. (ABC News: Nicholas Haggarty)

Jumlahnya sekitar 25 persen dari pembeli rumah di Queensland, Victoria, dan New South Wales sepanjang tahun lalu. Mereka membeli secara tunai, tidak menggunakan kredit bank.

Menurut data Property Exchange Australia (PEXA), dari properti senilai $478,6 miliar yang terjual pada tahun 2022, sebesar $122,5 miliar di antaranya dibayar tunai.

PEXA menemukan 25,6 persen atau 135.544 properti perumahan yang dijual tahun lalu dibeli tanpa cicilan, umumnya dari kalangan pensiunan yang ingin pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil atau istilahnya 'downsize'. 

Kepala penelitian PEXA, Mike Gill, menjelaskan mereka ini umumnya orang tua Australia yang pensiun dan ingin berhemat, mendapat keuntungan dari selisih harga rumah lama mereka yang tinggi dan membeli rumah yang lebih kecil.

"Pemilik rumah yang lebih muda cenderung memiliki pinjaman yang lebih besar, terutama mereka yang baru saja membeli, sementara banyak pemilik rumah yang berusia lebih tua cenderung sudah melunasi pinjamannya," jelas Mike.

Inflasi sudah turun, suku bunga masih bisa naik?

Langkah RBA yang terus menaikkan suku bunga dilakukan dengan tujuan mengendalikan laju inflasi yang sempat meningkat pasca pandemi COVID-19.

Artinya, bila inflasi terkendali, apakah suku bunga RBA tidak akan naik lagi?

Faktanya, hal itu belum terjadi.

Pemerintah Australia melakukan evaluasi terhadap bank sentral yang sudah berkali-kali menaikkan suku bunga pinjaman antar bank

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News