Curahan Hati Sipir Penjara : Harus Tahan Banting Menghadapi Beragam Warga Binaan

Curahan Hati Sipir Penjara : Harus Tahan Banting Menghadapi Beragam Warga Binaan
Ilustrasi penjara. Foto: Pixabay

Belum lagi manakala WBP dengan hukuman setahun atau dua, tiba-tiba terkena perkara lain yang membuat hukuman mereka bertambah saat masih dalam penjara.

Bayangkan, kata Evie, para WBP itu hidup sekamar dengan orang lain yang belum tentu memiliki tenggang rasa bermasyarakat yang sama.

Lebih sering, mereka justru orang-orang yang memiliki ketidakpedulian tingkat tinggi. Belum lagi beragam penyakit yang dibawa atau tumbuh di dalam penjara, semisal HIV, TBC, depresi, kecenderungan homoseks dan sebagainya.

“Sementara petugas yang terbatas itu dituntut sangat tinggi. Selain bisa menjaga keadaan tetap aman dan kondusif, petugas Lapas pun harus serba bisa, terutama mampu memahami kondisi warga binaan sehingga dapat dengan cepat mendeteksi situasi yang akan muncul dan mengatasinya,” kata dia.

Yang paling menantang, kata petugas Putu Aryuni Damayanti, petugas harus mampu menciptakan kondisi yang membuat para warga binaan merasa tenang dalam menjalani pidana.

“Sementara dalam kondisi kurangnya personel, tak sedikit WBP yang memang sengaja ‘ngeyel’ dan memancing-mancing,” kata Putu.

Evie punya contoh menarik soal itu. Pernah dia bersama sesama petugas melakukan tes urine terhadap beberapa orang WBP yang diduga masih menggunakan narkoba dalam lapas.

“Banyak yang dilakukan untuk mengelabui petugas,” kata Evie.

Mulai dari berkilah sedang tak ingin kencing, tidak bisa kencing, menolak didampingi petugas saat masuk ke kamar mandi, bahkan mencoba mencampur air kencingnya dengan air.

”Namun kami tak kurang akal. Kami minta yang menolak untuk minum air sebanyak-banyaknya, sampai kami sediakan air minum segalon,” kata dia.

Yang dialami Putu sedikit berbeda. Pernah dia menemukan WBP yang secara administrasi adalah laki-laki, tetapi  kenyataan kejiwaannya perempuan.

“Itu jelas cukup menyulitkan petugas untuk melakukan pembinaan dan penempatannya, apakah di blok pria sesuai jenis kelamin yang tercantum atau di blok wanita sesuai kenyataan yang tampak,” kata Putu.

Beratnya tugas sipir yang bertugas di sebuah lapas berkapasitas maksimum 459 orang yang dihuni sekitar 1.900 hingga 2.000 orang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News