Curiga Kompensasi BBM Hanya jadi Alat Politik Penguasa
Selasa, 30 April 2013 – 21:15 WIB

Curiga Kompensasi BBM Hanya jadi Alat Politik Penguasa
JAKARTA - Ekonom Dradjad H Wibowo menilai konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berlebihan sudah mulai membahayakan stabilitas ekonomi Indonesia. Hal itu membuat impor migas menjadi tidak terkendali, sementara kemampuan produksi Indonesia terus merosot karena berbagai kesalahan kebijakan.
Dradjad mengatakan, melonjaknya subsidi BBM juga berefek pada neraca perdagangan, neraca transaksi berjalan dan cadangan devisa Indonesia yang cenderung menurun. "Semua hal itu sudah menggoyang rupiah. Hanya karena intervensi Bank Indonesia saja rupiah masih melemah terkendali," ujar Dradjad di Jakarta, Selasa (30/4).
Baca Juga:
Jika nilai rupiah anjlok melewati Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat, kata Dradjad, hal itu akan berpengaruh terhadap pihak swasta karena terancam tidak mampu membayar hutang. Ketika swasta tak mampu lagi membayar hutang ke pihak asing, lanjutnya, maka hal akan mengancam perekonomian Indonesia.
Dradjad menambahkan, kondisi konsumsi BBM subsidi berlebih bisa membawa perekonomian Indonesia seperti pada masa krisis 1997-1998, meskipun skalanya akan lebih kecil. "Jadi memang dari sisi ekonomi, kondisinya tidak main-main," terang Dradjad.
JAKARTA - Ekonom Dradjad H Wibowo menilai konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berlebihan sudah mulai membahayakan stabilitas ekonomi
BERITA TERKAIT
- Harga Pangan Hari Ini Cukup Baik, Mak-Mak Pasti Senang
- LPCK Catat Pra-Penjualan Rp 323 Miliar di Awal 2025, Andalkan Hunian Terjangkau
- Bank Raya Bukukan Laba Bersih Rp 16,92 Miliar, Ini Penopangnya
- Al Hidayat Samsu MPR Sebut Rakyat Butuh Perlindungan Nyata di Tengah Gejolak Tarif AS
- Gelar Panen Raya di Purbalingga, BAZNAS Dorong Kemandirian Petani Mustahik
- Legislator Minta Bank Jatim Merebut Kembali Kepercayaan Nasabah