Daging Kerbau Juga Impor, Setelah Itu Apa Lagi?

Daging Kerbau Juga Impor, Setelah Itu Apa Lagi?
Penjual daging. Ilustrasi Foto: Cecep Mulyana/dok.JPNN.com

Tapi dia yakin bertahap masyarakat akan beralih. “Secara otomatis nanti harga daging sapi ikut stabil, seberapa jauh masih kami teliti,” katanya.

Namun, rencana itu diprotes peternak. “Seperti tahun lalu, kebijakan impor daging kerbau terbukti banyak mudharatnya daripada manfaatnya,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana.

Menurut Teguh, mahalnya harga daging sapi lokal adalah kesalahan pemerintah sendiri. Pemerintah dinilai gagal mewujudkan swasembada daging sapi.

“Program swasembada daging sapi 2010 dan dilanjut 2014 telah gagal,” katanya.

Implikasinya adalah 50 persen pemenuhan daging sapi (setara 250 ribu ton) harus diimpor. Karena harus diimpor, harga daging dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar dan harga internasional.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menilai kebijakan impor cukup terlambat. Beras, contohnya. “Seharusnya diimpor sejak September tahun lalu,” katanya.

Menurut dia, kesalahan pemerintah paling mendasar adalah menetapkan indikator kesuksesan pengelolaan pangan dengan kondisi tanpa impor.

Akibatnya, kondisi pasar sangat reaktif saat mendengar kebijakan impor. ''Pada suatu kondisi kita harus impor, itu hal yang biasa,” timpalnya.

Pemerintah akan mengimpor daging kerbau dari India sebanyak 100 ton. Nantinya akan dijual ke pasaran Rp 80 ribu per kilogram.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News