Damai

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Damai
Presiden Joko Widodo dan Joe Biden. Foto: Twitter/jokowi

Perdamaian positif dan perdamaian negatif, atau apa pun jenis perdamaian, yang penting ada perdamaian. 

Kondisi perang tidak dikehendaki oleh siapa pun, baik perang dingin, apalagi perang panas. 

Perang dingin memakan ongkos besar, perang panas lebih besar lagi ongkosnya.

Studi mengenai perdamaian kali pertama muncul dari ilmuwan Norwegia, Johan Galtung yang menulis buku  ‘’Peace and Conflict, Development and Civilization’’ diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ‘’Studi Perdamaian’’ (2002).  

Galtung memberikan tiga model pendekatan dalam mencapai perdaiamain, yaitu peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding.  

Membangun perdamaian atau ‘’peacebuilding’’ adalah upaya untuk mendamaikan pihak yang bertikai secara structural. 

Perang atau konflik di dunia kebanyakan adalah konflik vertikal antara  minoritas yang mencoba bebeaskan diri dari dominasi mayoritas. 

Unsur ini ada dalam konflik Rusia vs Ukraina karena satu negara yang lebih besar berusaha mendominasi negara tetangga yang lebih kecil.

Dunia sudah mulai goyah, ekonomi melemah oleh ancaman resesi, ketersediaan pangan terancam, dan pasokan energi tersendat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News