Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh
Lazimnya kawah gunung berapi pada umumnya, yang mengeluarkan aroma lava belerang dan gas, begitu pulalah Kawah Putih. Aroma belerangnya cukup menyengat. Macam bau kentut.
Ada tanah datar sehamparan persis sebelum tangga turun ke danau kawah. Semacam pelataran. Selain onggokan batu alami pertanda pintu masuk ke kawah, di situ ada saung.
Kang Ayi, 50 tahun, tampak asyik duduk dengan sebuah alat musik tradisional Sunda; kecapi.
Setelah obrol sana-sini, lelaki yang sudah sejak 22 tahun silam main kecapi di altar Kawah Putih itu pun mendendangkan sebuah lagu untuk saya. Ya, hanya sebuah lagu.
Bubui bulan…bubui bulan sangrai bentang…panon poe…panon poe disasate…
Bagi orang yang mengaji falsafah Sunda. Ini lagu bukan sembarang lagu. Ia semacam sastra mantra. Secara harafiah syair itu punya arti, "bulan dikukus, bintang disangrai, matahari disate."
Kang Ayi, tidak membeber falsafah yang terkadung di dalamnya. Ia asyik berdendang seraya memetik dawai-dawai kecapi.
Petikan kecapi nan sahdu di puncak Gunung Sepuh. (wow/jpnn)
ORANG-ORANG
Redaktur & Reporter : Wenri
- Alam Ganjar Sambangi Keraton Surakarta Hadiningrat Untuk Belajar Sejarah
- Sejarah Ponpes Lirboyo yang Menyatakan Dukungan kepada Anies-Muhaimin
- Datangi Rumah Sejarah di Rengasdengklok, Ganjar Ingin Menularkan Semangat Perjuangan
- Lestari Moerdijat Sampaikan Pentingnya Pembelajaran yang Memperkuat Akar Sejarah
- Anies Prihatin Rumah Rengasdengklok Tak Diberi Bantuan Pemerintah
- PT Timah Dorong Peningkatan Literasi Sejarah Masyarakat Pulau Belitung