Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh

Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh
Matahari terbit di puncak Gunung Sepuh, Bandung Selatan, Jumat, 24 Februari 2017. Dipotret dari Bukit Cinta, Setu Patengan. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Lazimnya kawah gunung berapi pada umumnya, yang mengeluarkan aroma lava belerang dan gas, begitu pulalah Kawah Putih. Aroma belerangnya cukup menyengat. Macam bau kentut.  

Ada tanah datar sehamparan persis sebelum tangga turun ke danau kawah. Semacam pelataran. Selain onggokan batu alami pertanda pintu masuk ke kawah, di situ ada saung. 

Kang Ayi, 50 tahun, tampak asyik duduk dengan sebuah alat musik tradisional Sunda; kecapi. 

Setelah obrol sana-sini, lelaki yang sudah sejak 22 tahun silam main kecapi di altar Kawah Putih itu pun mendendangkan sebuah lagu untuk saya. Ya, hanya sebuah lagu. 

Bubui bulan…bubui bulan sangrai bentang…panon poe…panon poe disasate…

Bagi orang yang mengaji falsafah Sunda. Ini lagu bukan sembarang lagu. Ia semacam sastra mantra. Secara harafiah syair itu punya arti, "bulan dikukus, bintang disangrai, matahari disate." 

Kang Ayi, tidak membeber falsafah yang terkadung di dalamnya. Ia asyik berdendang seraya memetik dawai-dawai kecapi. 

Petikan kecapi nan sahdu di puncak Gunung Sepuh.  (wow/jpnn)


ORANG-ORANG


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News