Dari 12 M Pertahun Bakal Dinaikkan 100 Persen

Dari 12 M Pertahun Bakal Dinaikkan 100 Persen
BONUS : Ketua Pembina Yayasan Jaya Raya Ir. Ciputra saat memberikan bonus kepada peraih medali emas Asian Games Inchoen Korea Selatan 2014 ganda putra M Ahsan/Hendra Setiawan dan ganda putri Gresya Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Foto: Charlie Lopulua/INDOPOS/JPNN

Seratus orang hanya bermimpi, berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia! Nukilan pidato Bung Karno, Presiden RI I itu mirip dengan kata-kata Dr (HC) Ir Ciputra kepada mantan Gubernur DKI Ali Sadikin 1977-1981. Ciputra meminta izin untuk serius membina bulutangkis saja, dari tiga cabang –sepak bola dan atletik—yang diperintahkan gubernur fenomenal itu.
 
Apa yang terjadi? Ciputra sempat dicemooh dan dicaci maki oleh masyarakat olahraga. Pertama, kala itu klub sepakbola Jaya Raya sedang berkibar dan berpotensi merebut papan paling terhormat di pentas kompetisi nasional. Kedua, sepak bola dianggap olahraga rakyat, olahraga yang paling popular, alat pemersatu bangsa, dan satu-satunya cabang yang dalam 90 menit bisa mengumpulkan lebih dari 100 ribu pasang mata di satu stadion. Ketiga, Ciputra tetap bersikeras menutup klub sepak bola yang sudah terlanjur menjadi kebanggaan Jakarta itu.


Ciputra juga dianggap keliru, melepas pembinaan dan pendampingan cabang atletik. Karena atletik yang meliputi lari, lempar, dan lompat adalah ibu-nya olahraga, olahraga paling tua, sudah dipertandingkan sejak Olimpiade tahun 776 SM, paling murah, paling terjangkau, dan menjadi tambang medali terbanyak di PON, Sea Games, Asian Games, sampai Olimpiade. Atletik, bagi daerah, dianggap lumbung medali paling strategis, selain renang.


Ada puluhan nomor, dari lari sprint, 100 meter, 200 meter, 400 meter. Ada lari jarak menengah, 800 meter sampai 3.000 meter, 800 meter, 1.500 meter, 1 mil dan 3.000 meter. Ada jarak jauh 5.000 meter, 10.000 meter. Ada lari berhalang, ada estafet 100 meter, 200 meter, 400 meter, dan 800 meter. Lari marathon, lari cross country, trilomba (triathlon), pancalomba (pentathlon), heptathlon dan dasalomba (decathlon). Juga ada nomor-nomor semacam tolak peluru, lempar martil, lempar lembing, lompat jauh, lompat tinggi, lompat galah, dan lainnya.


Lalu mengapa Ciputra saat itu berani berseluncur di atas gelombang polemik olahraga nasional? Sementara Bang Ali dikenal sebagai gubernur yang sangat tegas, sangat agresif membangun ibu kota di semua lini, termasuk olahraga. “Bang Ali paham saya, kalau mengerjakan sesuatu itu harus dari dalam hati. Beliau tahu, tanpa energi dari hati, sesuatu itu tidak akan sukses. Sama dengan saya mengoleksi karya lukisan Hendra Gunawan dan membangun museum. Itu bukan sekedar janji saya, tapi itu sudah menjadi cita-cita saya,” jawab Pak Ci, sapaan akrab pemilik nama Tjie Tjin Hoan ini.


Lebih lanjut Ciputra selalu menggaris bawahi makna penting wawasan ke depan. “Itu yang sering saya sebut “vision.” Kemampuan melihat masa depan. Dan itu baru terjawab belakangan ini, butuh 37 tahun untuk membuktikan kebenaran visi yang pernah saya sampaikan ke Bang Ali. Prestasi gemilang bulutangkis kita saat ini adalah salah satu buah dari vision yang kami yakini sejak 4 dekade silam,” jawab Ciputra, Bapak Entrepreneur Indonesia ini.


Tidak mudah, bersilang pendapat dengan seorang Letnan Jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang dipercaya Presiden Soekarno saat itu. Bang Ali dikenal sangat revolusioner, pemberani dan visioner dalam membangun metropolitan Jakarta. Karena itu, banyak ikon kota hasil karyanya yang masih eksis sampai kini, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, Kota Satelit Pluit Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di Condet, dan lainnya.


“Saya tidak sedang mencari popularitas saat itu. Saya hanya mengejar prestasi dunia, saya ingin Indonesia Berjaya. Sampai sekarang pun, saya tidak mengejar citra atau image. Saya sudah 83 tahun, dan tidak berambisi menjadi presiden atau menteri. Saya konsisten menjaga spirit untuk mengejar prestasi di mata internasional. Kita guncang dunia dengan prestasi,” ungkap pengusaha properti yang pernah jatuh di krisis 1997 itu.


Pemikiran Ciputra saat itu memang fundamental. Biarkan sepak bola dan atletik diampu orang lain. Biarlah juara-juara nasional dikelola orang lain. Dia melihat bulutangkis adalah cabang yang memiliki prospek menjadi juara dunia. Ciputra ingin menancapkan nama Indonesia di mata dunia melalui badminton, cabang olahraga yang berasal dari London 1850-an itu. Satu trik untuk menaikkan pamor Merah Putih di mata internasional. Cara untuk mendengarkan alunan lagu Indonesia Raya di podium akbar Olympic Games.

Seratus orang hanya bermimpi, berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia! Nukilan pidato Bung Karno, Presiden RI I itu mirip dengan kata-kata

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News