Dari Masjid Ini Warga Etnik Tionghoa Mengenal Islam

Dari Masjid Ini Warga Etnik Tionghoa Mengenal Islam
Ornamen kaligrafi ayat kursi dengan aksara China di Masjid Lautze, Kamis (11/2/2021). Foto: ANTARA/Livia Kristianti

jpnn.com, JAKARTA - Sekilas terkesan sederhana dan terlihat biasa saja. Didominasi dengan ornamen berwarna merah, kuning, dan hijau, secara kasat mata orang tak akan menyadari bangunan yang terletak di Jalan Lautze nomor 87-89, Pasar Baru, Jakarta Pusat, merupakan masjid.

Literasi membenarkan bangunan itu Masjid Lautze yang didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei pada 1991.

Berbaur dengan bangunan ruko khas kawasan pecinan, Masjid Lautze tak memiliki kubah layaknya masjid di Indonesia.

Namun siapa sangka bangunan yang tampak biasa itu menjadi saksi sekaligus menjembatani ribuan orang beretnik Tionghoa di Indonesia untuk mengenal Islam.

Kental dengan nuansa oriental, Masjid Lautze diresmikan secara langsung oleh Presiden Ketiga RI BJ Habibie pada 1994 yang kala itu mengemban tugas sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat.

“Saat itu (masa saat Masjid Lautze diresmikan) kami mencoba menjadi jembatan. Di masa lalu masalah pembauran antara etnik masih sangat berisiko. Nah, maka dihadirkanlah masjid ini untuk menuntaskan masalah pembauran sehingga bisa tercipta kerukunan meski antaretnik, antarsuku, antarkeyakinan,” kata Yusman Iriyansah, salah seorang pengurus Masjid Lautze menceritakan keberadaan masjid berusia 27 tahun itu.

Berdirinya Masjid Lautze tak terlepas dari sosok Oei Tjeng Hien atau kerap dikenal sebagai Karim Oei.

Tokoh itu merupakan seorang pria berlatar belakang etnis Tionghoa dan memilih menjadi mualaf hingga akhirnya benar-benar mencintai dan mendedikasikan hidupnya untuk Tanah Air Indonesia.

Berbaur dengan bangunan ruko khas kawasan pecinan, Masjid Lautze tak memiliki kubah layaknya masjid di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News