Daripada Lapar, Korban Gempa Jarah Truk Kontainer Bantuan

Daripada Lapar, Korban Gempa Jarah Truk Kontainer Bantuan
Seorang warga dengan hasil jarahannya berjalan di kawasan Palu Grand Mall. Foto: Adek Berry/AFP

jpnn.com, PALU - Sejumlah warga korban gempa dan tsunami di Palu terpaksa menjarah pertokoan. Lapar memicu anarki.

Warga tidak takut lagi meskipun ada aparat di sekitar pertokoan. Bahkan, mereka berombongan membobol ruko dan ritel di Kota Palu. Nyaris tak ada yang lolos. Aparat pun tak berani melarang.

Di Carrefour Jl Hasanuddin penjarahan terjadi sehari sejak gempa terjadi. Lapar menjadi alasannya. Sementara, bantuan masih minim. Jangankan makanan, camilan pun susah. Belum lagi kesulitan air bersih.

Di Jl Pramuka, tak jauh dari Markas Korem 132 Tadulako, warga bahkan membawa linggis untuk membobol pintu ruko yang terbuat dari besi dan teralis. Demikian halnya di Jl KH Ahmad Dahlan dan Jl Gusti Ngurah Rai.

Di Jl Muh Yamin, ratusan kendaraan mengepung stasiun pengisian bahan bakar minyak umum (SPBU). Mereka menjarah BBM. Mereka bahkan membawa pipa untuk mengalirkan BBM dari dalam tangki. "Warga sudah tidak takut. Bahkan rela mati daripada kelaparan," kata Cholis, seorang warga yang ikut menjadi relawan.

Petugas SPBU pun memilih membiarkan mereka menjarah. Alasannya, tak mau mengambil risiko jadi korban amuk warga yang beringas. Demikian halnya pemilik toko, tak bisa bertindak apa-apa saat toko mereka dibobol.

Saat ini, BBM memang sangat langka di semua wilayah Palu. Ada beberapa penjual eceran, namun harganya bahkan dijual antara Rp30 ribu-Rp100 ribu. "BBM sangat langka. Kan SPBU dijarah semua toh," ujar Herlina Taslim, warga Palu keturunan Bone.

Selain di Jl Muh Yamin, SPBU di Jl Pramuka, Jl Yos Sudarso, Jl Maluku, Jl Cumi-cumi, Jl Pangeran Diponegoro, Jl Ahmad Yani, dan Jl Imam Bonjol, juga tak luput dari aksi penjarahan.

Warga korban gempa menjarah sejumlah pertokoan hingga SPBU. Mereka tidak takut, rela mati daripada kelaparan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News