Daripada Nostalgia

Oleh Dahlan Iskan

Daripada Nostalgia
Dahlan Iskan.

Sayangnya tidak tiap hari ada penerbangan ke Muscat. Padahal ngiler sekali bisa ke Oman lagi. Mengenang ini: pertama kali tinggal di hotel bintang lima. Intercontinental: saya bawa pulang pernik-pernik hotel itu.

Pertama kali naik helikopter. Milik tentara. Terbang dari Muscat ke Salalah.

Pertama kali tahu dan merasakan sarapan ala Eropa.

Pertama kali merasakan apa itu jetlag. Tidak bisa tidur tengah malam.

Pertama kali naik business class: saya bawa pulang pernik-pernik pesawat.

Semua itu dibayar oleh kerajaan Oman. Yang kaya. Meski termiskin di semenanjung Arabia.

Juga pertama kali saya melakukan liputan bersama lima wartawan asing. Saya tergagap-gagap: cewek-cewek bule itu, wartawati dari Inggris itu, berambut pirang itu, begitu fasih berbahasa Arab. Saya KO.

Saya tidak malu mengakui ini: tidak berani mengajukan pertanyaan. Setiap kali ada momen saya hanya mendengarkan. Mencatat.

Kemampuan bahasa Arab saya ternyata tidak ada apa-apanya. Hanya bisa membedakan mana itu doa. Dan mana itu pengumuman pramugari yang diucapkan dalam bahasa Arab

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News