Darurat SDM Pertanian, Kemenristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Regenerasi Petani

Darurat SDM Pertanian, Kemenristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Regenerasi Petani
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti. Foto: Humas Kemenristekdikti

Sadar akan pentingnya penguatan SDM di sektor pertanian pangan, Dirjen Ghufron menegaskan perlunya kerja sama pelatihan dengan perguruan tinggi. Namun, di sektor pertanian sendiri, pendidikan tinggi masih memiliki banyak tantangan.

Salah satunya adalah proporsi SDM bergelar Doktor dan Guru Besar yang masih rendah, termasuk di PTN top. Di IPB, baru 17% proporsi SDM bergelar Doktor/Guru Besar. Begitu juga di ITB dan UGM yang presentasenya hanya 13% dan 12%.

Tantangan selanjutnya, adalah terkait relevansi. Pasalnya menurut analisis grand design, mismatch jenjang D-1 dan D-2 sebesar 58,3%, jenjang D-3 sebesar 51,40%, sedangkan jenjang D-4 dan S-1 sebesar 41,1%.

Ketidakselarasan lulusan pendidikan tinggi dengan penyerapan tenaga kerja di pasar kerja inilah yang kini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Indonesia.

"Masalah akses pendidikan juga menjadi fokus kami di Kemenristekdikti. Dosen pertanian masih banyak di Pulau Jawa. Bahkan yang bergelar doktor, yaitu sebanyak 1.849 orang juga ada di Pulau Jawa. Di Pulau Kalimantan jumlah Doktor pertanian hanya 10 orang, di Sumatera 91 orang, di Maluku bahlan belum ada. Disparitas penyelenggaraan program yang berkualitas pun tinggi," papar Dirjen Ghufron.

Meski masih memiliki tantangan besar, Dirjen Ghufron mengungkapkan, Indonesia berpotensi besar untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Dimulai dengan memproduksi SDM bidang pertanian yang unggul. Jika diperlukan, pendidikan di bidang pertanian pangan dibuat seperti kuliah kedokteran, yakni ada masa internship berupa pendampingan dengan petani. Melalui masa itulah, transfer pengetahuan dan teknologi dilakukan sehingga petani dapat mengolah lahan secara modern.

BACA JUGA: Ujian Nasional Dihapus, Fadli Zon Setuju, Bamsoet Tidak

Hal senada juga diucapkan Rektor Universitas Yarsi Prof Fasli Jalal. Menurut dia, role model di bidang pertanian pangan harus dimunculkan. Peran ini bisa dimulai melalui dosen dan guru SMK pertanian sehingga citra berkarier di sektor pertanian pangan itu juga bermartabat dan menjamin kesuksesan.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menyebut, dalam sektor pertanian pangan, terdapat lima permasalahan pokok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News