Debat

Oleh Dahlan Iskan

Debat
Dahlan Iskan.

Kami sering rapat yang dipimpin Gus Dur. Yang saat itu menjadi komisaris utama Nusumma.

Kiai Ma'ruf juga sering ikut rapat kabinet. Di zaman Pak SBY sebagai presiden. Beliau anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Saya sebagai sesuatu di situ. Kami sering bertegur sapa. Sebelum sidang. Kadang sesudahnya. Atau saat sama-sama ke musala di dekat ruang sidang.

Sandiaga Uno, cawapresnya Pak Prabowo, juga saya kenal. Sesama pengusaha. Dan sesama penggemar olahraga.

Bahkan saya mengenalnya sejak ia masih di awal karirnya. Itu pernah saya ungkapkan di layar TV. Agak panjang lebar. Sebelum saya tahu ia akan jadi cawapres. Dan tentu diungkapkan juga oleh Sandi sendiri. Saat ia jadi cawapres.

Kiai Ma'ruf Amin tentu lebih unggul dalam bersilat lidah. Seorang kiai, apalagi kelas beliau, sudah terlatih bicara di depan publik. Tanpa teks. Pun tanpa persiapan.

Kiai sekelas beliau sangat mahir dalam ilmu mantik. Tahu cara berdiplomasi. Piawai dalam mengelak. Pandai dalam membuat tamsil. Bahkan, dalam kadar tertentu, juga pandai dalam menyelipkan humor.

Hanya saja di kalangan ulama Kiai Ma'ruf tergolong sangat serius. Kebalikan dengan Kiai Said Agil Siraj. Ketua Umum NU itu. Yang humornya hampir sebanyak Gus Dur.

Inilah debat utara-selatan. Yang satu sangat tua. Satunya sangat muda. Yang satu ulama, satunya pengusaha. Yang satu berpendidikan pesantren, satunya Amerika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News